Sebaik-baik perubahan, ke arah kebaikan, adalah dari diri-sendiri. Tumbuhnya individu yang kuat dan matang.
Penulis buku jarang intelektual. Intelektual ialah mereka yang berbicara tentang buku yang ditulis orang lain. Itu kata Françoise Sagan. Sinisme yang keren.
Sebagaimana ujar Dhaniel Patrick Moynihan; Orang yang mencemarkan udara dengan pabriknya, dan anak ghetto yang memecahkan kaca etalase toko, menunjukkan hal yang sama. Mereka tidak peduli pada orang lain.
Apa hubungan dua kutipan itu? Tak ada. Meski bisa dicari-cari. Tetapi hidup di Indonesia, betapa membutuhkan syarat yang jauh lebih banyak, dibanding di Negara lain.
Saudara-saudara kita, yang tinggal di negeri yang lebih matang struktur dan system sosialnya, tidak sangat problematis dan ribet dalam menjalani kehidupan sosialnya.
Di Indonesia, kita seperti anak-anak sekolah, yang begitu overloaded dengan beban kata-kata. Dan hasilnya ada dua. Generasi yang tidak memiliki keberanian berinisiasi, atau menjadi begitu cerewet, sibuk mencari pembenaran. Keduanya sama, cerminan dari inferiority complex.
Komunalisme adalah ideologi mencari kawan, karena alangkah menderita dan sunyinya tanpa dukungan.
Dukung-mendukung, yang pada akhirnya adalah tuding-menuding antarkelompok, antarkomunitas. Psikologisme kaum gerombolan. Dan dari Indonesia ditemukan sejarah kata ‘amook’, yang suka menyembunyikan tanggungjawab individual.
Sementara revolusi (atau resolusi?) mental, belum juga mendapatkan uraiannya yang jelas. Elite penguasa, partai politik, tidak bisa mengartikulasikannya, dan bukan alamat yang tepat untuk tumbuhnya harapan, karena mereka bagian dari masalah.
Ilmu pengetahuan dan agama, sama saja. Belum juga mampu menyelesaikan problematika mereka sendiri. Yang ada kemudian gerungwan-gerungwati dalam berbagai bentuk dan kelasnya.
Sebaik-baik perubahan, ke arah kebaikan, adalah dari diri-sendiri. Tumbuhnya individu yang kuat dan matang. Dan itu tantangan hari ini. Orang memerlukan dua tahun untuk (bisa) berbicara, kata sastrawan Ernest Hemingway, tetapi limapuluh tahun untuk belajar tutup mulut.
Dan, kita bukan bangsa tutup mulut. Kecuali mereka yang selama ini diperlakukan tidak adil dan dikalahkan atau mengalah, berdiam diri dalam senyap, di pojokan sejarah. Merayakan kekalahan dengan kata-kata; Sing waras ngalah.
Padahal pembiaran adalah sama jahatnya. Dan kita masih begitu suka dengan romantisme moral itu.
Hormat saya pada Wiji Thukul, yang berani berkata; Lawan!
Sunardian Wirodono, 2022
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews