Hukum Kekekalan Dunia Spiritual

Kebutuhan akan meaning of life membuat manusia di negara makmur mungkin akan menafsir ulang agama yang ada. Atau mereka menciptakan agama baru yang tak lagi bertumpu pada Personal God.

Minggu, 3 April 2022 | 11:55 WIB
0
298
Hukum Kekekalan Dunia Spiritual
Spiritual, ilustrasi (Foto: khittah.co)

Dunia spiritual tak pernah merosot atau berkurang. Ia hanya berubah bentuk.

Di alam semesta, berlaku hukum kekekalan massa. Adalah Mikhail Lomonosov dan Antoine Lavoisier di abad 18 yang merumuskannya. Bahwa di alam semesta, massa itu abadi. Ia tidak dilahirkan dan tidak berkurang. Massa hanya berubah bentuk. (1)

Saya membuat analog. Dalam dunia manusia (homo sapiens) berlaku hukum kekekalan dunia spiritual. Sejak hadirnya homo sapiens di bumi, sejak sekitar 200-300 ribu tahun lalu, hukum kekekalan dunia spritual juga berlaku.

Bahwa dunia spiritual selalu hadir dan diciptakan manusia. Ia tak pernah merosot atau berkurang, apalagi hilang. Dunia spiritual hanya berubah bentuk.

Yang saya maksud dengan dunia spiritual di sini adalah sistem narasi untuk memenuhi kebutuhan manusia mendapatkan makna hidup.

Kebutuhan makna hidup itu hal yang sangat sentral dalam eksistensi manusia. Itu kebutuhan eksistensial. Dengan sendirinya kebutuhan itu tak pernah berkurang atau hilang.

Kebutuhan akan meaning of life hanya berubah bentuk sesuai dengan berubahnya mindset, pengetahuan dan pengalaman kolektif masyarakat ataupun individu.

Termasuk dalam definisi dunia spiritual adalah aneka sistem kepercayaan yang paling sederhana seperti animisme, dunia agama, dan juga yang terbaru: narasi ilmu pengetahuan soal happiness.

-000-

Sebuah penemuan arkeolog kembali membuat kita memahami dunia spiritual para leluhur.

Adalah Associate Professor Sheila Coulson, dari University of Oslo. Ia menunjukkan manusia modern, Homo sapiens, telah melakukan ritual tingkat lanjut di Afrika sejak 70.000 tahun. (2)

Dalam dunia arkeologi, temuan ini adalah ritual tertua umat manusia yang diketahui.

Temuan ini 30.000 tahun lebih awal dibandingkan temuan tertua di Eropa. Penemuan sensasional ini memperkuat posisi Afrika sebagai tempat lahir manusia modern (homo sapiens).

Sheila membuat temuan mengejutkan saat dia mempelajari asal usul orang San. Sekelompok San tinggal di daerah yang jarang berpenghuni di barat laut Botswana yang dikenal sebagai Ngamiland.

Sheila saat itu mencari artefak dari Zaman Batu. Ia datang ke satu perbukitan, satu- satunya perbukitan yang ada sejauh ratusan kilometer di sana.

Kelompok puncak kecil di Gurun Kalahari ini dikenal sebagai Perbukitan Tsodilo. Di kawasan ini lama diketahui memiliki konsentrasi lukisan batu terbesar di dunia.

Perbukitan Tsodilo masih merupakan tempat suci bagi suku San, yang menyebutnya "Pegunungan Para Dewa" dan "Batu Berbisik".

Python adalah salah satu hewan yang paling penting. Menurut mitos penciptaan mereka, umat manusia diturunkan dari ular Phyton dan sungai kuno yang gersang di sekitar perbukitan.

Keyakinan itu diwariskan turun temurun. Diriwayatkan bahwa manusia diciptakan oleh ular Phyton saat ia mengitari perbukitan dalam pencarian air yang tak henti-hentinya.

Inilah imajinasi asal usul manusia yang paling tua yang pernah ditemukan. Bagi ilmu pengetahuan, asal usul manusia adalah evolusi dari hewan lain. Bagi agama yang lahir di Timur Tengah, asal usul manusia adalah Nabi Adam yang diciptakan Tuhan. Sedangkan bagi keyakinan tertua itu: asal usul manusia adalah leluhur suku San yang diciptakan oleh sejenis ular Phyton.

Manusia memerlukan narasi mengenai asal- usulnya. Kebutuhan itu tak pernah hilang. Narasi diciptakan untuk kebutuhan itu. Bentuk narasinya saja yang berubah- ubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan zamannya.

Akar dari kebutuhan dunia spiritual sudah tertanam dalam otak manusia sendiri. Area itu disebut neokorteks sebagai bagian sentral otak manusia. Area ini yang membuat manusia berbeda dengan hewan lain.

Membesarnya area neokorteks dalam otak manusia membuat manusia mampu membuat fiksi, meyakini atau menolak fiksi. Membesarnya neokorteks juga memungkinkan homo sapiens menciptakan bahasa.

Menurut teori Dunbar, ukuran neokorteks setiap spesies berkorelasi dengan tingkat kompleksitas sosial spesies itu. (3).

Pada simpanse neokorteks menempati 50% otak. Sedangkan pada manusia modern, neokorteks itu membesar dan mengambil porsi 80% otak manusia.

Studinya menunjukkan neokorteks yang cukup besar dapat memproses fenomena sosial yang kompleks seperti bahasa dan agama. Studi ini didasarkan pada analisis regresi ukuran neokorteks yang diplot terhadap sejumlah perilaku sosial mahluk hominid yang hidup dan punah.

Sheila Coulson menemukan ritus atau fiksi paling tua yang diciptakan homo sapiens untuk memberi makna hidupnya. Temuan Sheila ini lebih tua dibandingkan temuan sebelumnya yang menunjukkan fiksi (ritus agama) paling tua di temukan di Eropa sekitar 30 ribu tahun lalu.

Selalu terbuka kemungkina ditemukan kembali ritus yang lebih tua lagi, mengingat homo sapiens sudah hadir di bumi sejak 200-300 ribu tahun lalu. Sejak awal, 300 ribu tahun lalu, homo sapiens sudah mampu menciptakan fiksi untuk memberi makna hidupnya.

Di tahun 2020, peneliti Ronald F Inglehart menerbitkan buku hasil risetnya yang massif dan kuantitatif. Kesimpulannya: di negara makmur, mereka yang meyakini agama kini telah merosot. Bukunya berjudul: Religion’s Sudden Decline.

Berangkat dari hukum kekekalan spiritual, kita dapat merespon kesimpulan Inglehart itu. Agama yang kini ada sangat mungkin merosot perannya di negara makmur.

Usia homo sapiens 200-300 ribu tahun. Agama yang kini berjaya: Hindu, Budha, Judaisme, Kristen, Islam, baru hadir antara 1500 - 3000 tahun lalu.

Dalam sejarah homo sapiens, agama yang kini berjaya baru hadir satu persen saja dari umur dan sejarah homo sapiens. Sepanjang 99 persen hidup homo sapiens, mereka sudah menciptakan narasi yang berbeda dibandingkan agama yang kini berjaya.

Tapi sesuai dengan hukum kekekalan spiritual, dunia spiritual tak pernah merosot apalagi hilang. Ia kekal sepanjang kebutuhan manusia akan meaning of life juga hadir.

Aneka agama konvensional mungkin saja merosot perannya di negara makmur. Tapi para cerdik pandai dan mereka yang terpilih akan menciptakan sistem narasi baru yang lebih sesuai dengan mindset zamannya.

Kebutuhan akan meaning of life membuat manusia di negara makmur mungkin akan menafsir ulang agama yang ada. Atau mereka menciptakan agama baru yang tak lagi bertumpu pada Personal God.

Atau sistem narasi meaning of life akan dibangun berdasar riset positive psychology dan neuroscience.

Dunia spiritual itu kekal di otak homo sapiens. Ia hanya berubah bentuk!

Denny JA

***

CATATAN

(1) Soal hukum kekekalan massa.

(2) Soal temuan ritus tertua di dunia arkeologi 

(3) Neokorteks di otak manusia sebagai sumber yang menciptakan bahasa dan fiksiD ávid-Barrett, T.; Dunbar, R. I. M. (August 22, 2013). "Processing power limits social group size: computational evidence for the cognitive costs of sociality". Proceedings of the Royal Society of London B: Biological Sciences.