Kerusakan yang ditimbulkan media sosial sebetulnya sudah cukup nyata, namun kita masih banyak yang belum menyadarinya.
Adanya sarana media sosial (medsos) membuat orang menjadi kakehan cangkem (kebanyakan mulut). Bukan saja nyinyir mengomentari orang lain, tapi juga mengunggah hal-hal yang bersifat private atau semi-private dari dirinya.
Kita lihat salah satu contohnya adalah kasus "break-up" antara Kaesang dan Felicia. Bertahun-tahun Kaesang mengunggah foto-foto kemesraan mereka berdua di medsos bahkan ada yang bersama calon mertua dan dengan ortunya (sang presiden). Lantas datanglah saat yang tidak diharapkan itu. Kaesang putus hubungan dgn Felicia. Ora sido rabi (Gak jadi menikah).
Maka riuh rendahlah jagat medsos mengumpat menyumpah serapah dia dengan segala kemarahan.
Ada sebagian netizen lain yang mengambil posisi berbeda. Mereka berkata soal putus pacaran itu masalah private dari Kaesang dan Felicia dan tidak perlu diributkan apalagi dihujat.
Ada netizen lain yang berkata soal putus pacaran itu biasa dan bahkan orang yang sudah nikah belasan tahun saja bisa bercerai.
Pokoknya ada banyak sudut pandang yang tidak sedikit diametrikal. Netizens jadi saling gontok-gontokan.
Kita jadi kurang bisa melihat kausa dari semua keributan ini. Kaesang dengan men-share begitu banyak foto-foto kemesraan dia dengan Felicia di medsos sesungguhnya sudah membuat hal yang bersifat private menjadi public.
Inilah yang saya maksudkan bahwa medsos membuat orang "kakehan cangkem", membuat hal yang bersifat private menjadi public.
Lha, kalau sekarang orang pada "ngamuk" ya jangan heran. Keliru kalo diimbau supaya kita menghormati privacy orang. Wong dia sendiri yang membikin hal yang private menjadi public.
Saya sebenarnya bukan ingin menyasar Kaesang secara khusus. Tapi ingin menyoroti sisi negatif medsos secara umum.
Sisi negatifnya cukup banyak. Yang pertama, orang jadi tergoda untuk men-share hal-hal yang bersifat private ke ruang publik. Termasuk di situ, misalnya sharing foto anak yang sedang diopname di RS atau foto orangtua sendiri yang sedang kritis terbaring di ICU.
Ini salah satu contoh saja kekurangpekaan kita men-share hal yang private ke media sosial. Masih ada banyak lagi contoh-contoh lainnya.
Kaesang
Sisi negatif lain dari medsos adalah kecenderungan orang untuk menjadi koran berjalan. Menggantikan peran media massa konvensional (koran, televisi) dengan "liputan" (coverage) sendiri.
Inilah yang melahirkan istilah "trending" dan "viral". Ada rasa bangga kalo "berita" yang kita posting langsung menjadi viral dan trending dan dibaca jutaan orang.Terlepas dan masa bodoh kalau berita itu banyak biasnya dan malah banyak tidak akuratnya.
Citizen journalist ini malah bertindak lebih jauh dengan secara frontal menyerang media massa konvensional yang tidak sepaham dengan garis politiknya. Kalau perlu dibikin bangkrut dan gulung tikar dengan segala trik boikot digital.
Orang pun malah sekarang lebih percaya pada info yang dilansir pada medsos ketimbang media konvensional yang profesional.
Kelahiran medsos yang fenomenal sesungguhnya menyimpan banyak bahaya pada struktur sosial masyarakat. Kerusakan yang ditimbulkan sebetulnya sudah cukup nyata, namun kita masih banyak yang belum menyadarinya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews