Percayalah kalau Tuhan dalam kedaulatannya mengijinkan, maka kita yang berdoa pasti akan sembuh. Demikian juga dengan doa-doa kita dalam perkara yang lain.
Mujizat kesembuhan dalam dunia kekristenan sudah dari dulu menjadi topik yang hangat didiskusikan. Dalam hal ini, tak satupun pihak kristen tidak percaya bahwa Tuhan tidak mampu menyembuhkan orang sakit melalui kuasa mujizatnya. Yang jadi bahan pertentangan dari dulu adalah bagaimana beberapa pendeta dianggap menipu hingga menyelewengkan kuasa Tuhan.
Hal itu bisa dilihat dari berbagai KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) yang banyak diadakan gereja-gereja. Buat yang sulit membayangkan KKR adalah sebuah ibadah, biasanya dilakukan di lapangan yang luas lalu dihadiri ribuan orang, semacam "konser" tapi dalam konteks ibadah. Salah satu contoh pendeta yang sering membuat KKR adalah Pastor Philip Mantofa, judul KKR nya biasanya adalah "Festival Kuasa Allah."
Pendeta Esra Alfred Soru sendiri berkata, bahwa KKR itu sebenarnya bagus, asal ditujukan untuk pemberitaan injil. Artinya memberitakan Yesus Kristus yang mati di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia. Namun yang banyak terjadi adalah, KKR tidak digunakan sebagai moment untuk memberitakan injil. Kebanyakan fokusnya adalah, kesembuhan ilahi, pulih dari resesi ekonomi, bangkit dari kemiskinan, dan topik-topik duniawi lainnya.
Maka Pendeta Esra Alfred Soru dalam salah satu sesi tanya jawab pernah mempelesetkan KKR yang harusnya "Kebaktian Kebangunan Rohani" menjadi KKJ "Kebaktian Kebangunan Jasmani."
Di tengah-tengah ibadah para pendeta ini biasanya akan mendemonstrasikan kuasa Allah. Setelah panitia membawa maju seseorang yang dinyatakan sembuh, maka si pendeta akan berbincang sedikit. Misalnya tadinya sakit apa, lalu kalau nanti sakitnya tidak bisa berlari, maka akan disuruh berlari di atas panggung setelah dia mengaku sembuh.
Atau jika ada yang merasa sakit dibagian lengannya sehingga tidak bisa mengangkat tangan tinggi-tinggi, nanti disuruh mengangkat tangannya ke atas bukti bahwa dia sudah sembuh benar. Bahkan ada yang mengaku ada benjolan karena tumor, namun ketika mengikuti KKR tersebut tiba-tiba benjolan tersebut hilang. Lalu bersaksilah orang yang mengaku telah sembuh dari kanker ini di atas panggung.
Apakah kesembuhan itu palsu? Nanti saya coba jawab.
Lalu dibagian mana pertentangan kesembuhan ini terjadi? Pertama dari fokus KKR itu sendiri. Tidak salah menyembuhkan orang, tidak salah mendoakan orang. Namun mengutip pernyataan Pendeta Stephen Tong, KKR model begitu adalah kepalsuan karena tidak memberitakan anak Allah yang maha tinggi turun ke dunia, lalu mati di kayu salib sebagai ganti manusia atas dosa-dosanya.
Seperti yang dikatakan Pendeta Erastus Sabdono, kesembuhan dan hal-hal jasmaniah lainnya adalah persoalan minor. Bahkan pendeta Wignyo Tanto berkata, "Kalau yang minornya dibesar-besarkan, maka yang mayor akan tertutup."
Lalu apa yang dimaksud dengan topik mayor? Ya injil tadi. Tentang bagaimana manusia harus percaya pada Yesus agar memperoleh keselamatan. Karena Yesus telah jadi yang terkutuk di atas kayu salib sebagai lambang hukuman dosa di neraka.Maka siapa yang percaya kepadanya tak akan ada hukum baginya.
Maka praktek kesembuhan inilah yang ditentang banyak pendeta yang masih setia pada injil. Seperti yang dikatakan pendeta Muriwali Yanto Matalu, dia percaya pada mujizat kesembuhan. Tapi mujizat kesembuhan itu terjadi bukan karena kehendak manusia, melainkan jika dalam kedaulatannya Allah berkenan maka mujizat itu bisa terjadi."
Bahkan lebih jauh pendeta Muriwali Yanto Matalu berkata, bisa saja seorang kristen sembuh tapi dengan cara yang natural tapi tetap dengan pertolongan Allah. Misalnya ada seorang kristen yang sakit tapi tidak mampu bayar biaya rumah sakit. Orang itu berdoa, dan tiba-tiba ada yang mau membiayai pengobatannya sampai akhirnya orang itu sembuh.Ini pun adalah mujizat.
Maka disini orang kristen harus mengevaluasi posisinya. Yang menjadi tuan manusia atau Tuhan. Sebab jika kita memperlakukan Tuhan sebagai Tuan kita, maka satu-satunya cara yang benar untuk meminta adalah dengan memohon.Bukan memerintah!
Seperti yang diajarkan Yesus dalam doa Bapa Kami, "Jadilah kehendakMu bukan Kehendakku."
Maka KKR sejatinya harus memberitakan injil yang sejati. Seperti yang dikatakan pendeta Muriwali Yanto Matalu, "Injil sejati berbicara tentang anugerah Allah sekaligus penghakimannya yang dahsyat. Kalau yang diberitakan hanya anugerah saja tanpa keadilan Allah dalam penghakimannya maka itu bukan injil yang sejati."
Apalagi jika yang dikotbahkan hanyalah berkat, kesembuhan, pulih dari ekonomi dan hal jasmaniah lainnya, tentu hal itu sangat jauh dari semangat ajaran Tuhan Yesus. Tentu dalam hal ini kita tidak bermaksud menyepelekan atau munafik, seakan-akan kita tidak butuh berkat, tapi seperti yang dikatakan pendeta Muriwali Yanto Matalu tadi, biarlah kalau dalam kedaulatannya Allah berkenan, biarlah terjadi apa yang kita minta.
Lagi pula seperti yang dikatakan Pendeta Erastus Sabdono, kalau kita sakit jangan langsung minta mujizat kesembuhan tapi rubah dulu gaya hidup dan pola makan kita, tandanya kita adalah manusia yang bertanggung jawab.
Lalu hal kedua yang jadi pertentangan adalah benarkah orang yang didoakan dan maju kedepan sudah sembuh? Misalnya orang yang mengaku tumornya hilang. Apakah sudah diperiksa dokter dan dicek secara medis sehingga para pendeta dan orang ini bisa mengklaim dirinya sudah sembuh. Dalam hal ini tidak ada pihak yang meragukan kuasa Tuhan, yang diragukan justru manusianya.
Sebab pernah ada kejadian di luar negeri.Konon dalam sebuah KKR ada seseorang yang mengaku sembuh, tapi seminggu kemudian dia meninggal dunia. Yesus sendiri saat turun ke dunia menyembuhkan banyak orang. Namun apa yang dikerjakannya adalah sebagai tanda bagi orang-orang yang tidak percaya bahwa dialah Mesias yang selama ini dinanti Israel.
Maka sering saya menemukan komentar di media sosial para pendeta yang meminta didoakan agar sembuh. Entah dirinya yang sakit, atau keluarganya.Biasanya di kolom komentar pendeta terkenal di Indonesia. Tidak dosa memang.Tapi bukankah orang tersebut punya pendeta tempat dimana dia beribadah? Kenapa tidak minta ke pendeta tersebut? Apakah mereka menganggap pendeta tempat dia beribadah kurang "sakti?"
Yang harus dipahami umat kristen adalah, semua manusia sama di hadapanNya. Tak melihat jabatan.Itu kenapa dikisahkan saat Yesus mati di kayu salib, bait Allah terbelah menjadi dua. Sebelum Yesus mati, bait Allah adalah tempat orang yahudi beribadah. Dan hanya imam lah yang boleh masuk ke dalam.
Terbelahnya bait Allah menjadi simbol bahwa untuk menemui Tuhan manusia kini tak perlu lagi memakai perantara. Pada masa itu perantaranya adalah para imam. Tapi setelah Yesus mati, semua orang bisa langsung beribadah kepadaNya tanpa perlu diwakili. Bahkan orang kristen dapat beribadah dimanapun dan kapanpun.
Sama halnya dengan kesembuhan. Sekalipun minta didoakan oleh pendeta tidak dosa, akan jadi dosa kalau kita memberhalakannya. Seolah-olah hanya pendeta-pendeta tertentu saja yang doanya dijawab Tuhan. Kalau kita berdoa langsung, itu kurang ampuh dan tidak didengar Tuhan. Percayalah kalau Tuhan dalam kedaulatannya mengijinkan, maka kita yang berdoa pasti akan sembuh. Demikian juga dengan doa-doa kita dalam perkara yang lain.
Ulangan 04:29 berkata,"Dan baru di sana engkau mencari TUHAN, Allahmu, dan menemukanNya, asal engkau menanyakan Dia dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu."
Tuhan memberkati.
Penikmat yang bukan pakar.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews