Wajah Islam yang Ramah

Ada hal lain yang juga bikin saya heran. Soal 'oleh-oleh'. Belakangan sering muncul dalil atau hujjah yang melarang meminta oleh-oleh kepada kerabat.

Minggu, 8 Mei 2022 | 08:31 WIB
0
264
Wajah Islam yang Ramah
Gus Baha (Foto: Pikiran-rakyat.com)

Salah satu ulama yang saya sukai saat ini adalah Gus Baha. Bukan cuma karena penguasaan ilmunya. Tapi sebab Beliyo saya nilai menampilkan wajah ulama yang ramah, dan masih suka guyon. Gojegan. Sesekali ngenyek santri untuk memacu semangat.

Saya merasa dosis guyon Gus Baha pas. Tak berlebihan. Saya justru tak menyukai penceramah yang dosis guyonnya (saya nilai) berlebihan, seperti Mumpuni dan Anwar Zahid. Ini tentu pandangan subyektif saya. Orang lain boleh berbeda sikap. Monggo saja.

Intinya: saya menyukai wajah Islam yang ramah. Tak melulu tegang --- sedikit-sedikit minta dalil. Sedikit-sedikit haram. Bahkan, seperti ngendikan Gus Baha, Beliyo pernah juga jengkel karena ditanya dalil bersalaman setelah salat berjamaah. "Setelah salat kencing di toilet pun boleh. Kok salaman ditanya dalilnya," ujar Gus Baha.

Selama Lebaran ini banyak yang saya tak sreg dengan dalil-dalil yang bertebaran di medsos. Salah satunya soal angpao Lebaran bagi anak-anak.

Ada yang tega-teganya bilang pemberian angpao itu tak mendidik. Malah membuat anak-anak tumbuh dengan mental pengemis. Mereka pun mencomot dalil yang dicocok-cocokan. Ampppuuuunnnnn deh!

Mengapa kita tak melihat dari angle lain. Misal itu untuk memeriahkan Hari Idul Fitri, agar semarak. Atau untuk menyenangkan hati anak-anak, siapa pun dia. Termasuk anak tetangga yang tak kita kenal.

Atau bisa juga dengan angle untuk distribusi keuangan sehingga uang beredar naik, pertumbuhan ekonomi pun positif. Dll. Dll. Rasanya tak perlu dalil naqli untuk semua kebaikan itu.

Ada hal lain yang juga bikin saya heran. Soal 'oleh-oleh'. Belakangan sering muncul dalil atau hujjah yang melarang meminta oleh-oleh kepada kerabat. 

Cobalah sedikit rileks. Siapa sih yang akan minta oleh-oleh saat kita mudik? Tentu saja orang-orang terdekat. Dan itu baik. Tak ada yang salah. Mamak saya, misalnya, selalu minta dibelikan anggur tanpa biji di All Fresh Jakarta kalau saya hendak pulkam. Sebab tak ada anggur itu di kampung. 

Ada angle lain soal oleh-oleh ini. Istri saya misalnya, setiap saya pergi selalu minta dibelikan oleh-oleh. Tak harus mahal. Yang penting ada.

Pernah suatu ketika saya tanya, mengapa dia selalu minta oleh-oleh. "Minta dibawakan oleh-oleh itu artinya: pulanglah dengan selamat," ujar istri saya.

Deg!

***