Dibanding logo halal lain di dunia, positifnya, logo baru ini termasuk yang huruf latinnya paling besar. Bahkan kalau ukuran logo dicetak kecil pun, tulisan HALAL masih relatif dapat terbaca jelas.
Banyak yang protes soal logo halal baru kemenag. Menurut saya, wajar kalo soal desain pasti ada aja yang protes karena bisa sangat subjektif.
Apalagi ada kesan "Jawa sentris" dan memakai seni kaligrafi sehingga dianggap lebih sulit dibaca. Belum lagi kalo ditambah soal preferensi politik, makin rumit.
Tapi buat saya pribadi, mau pakai kaligrafi atau huruf arab normal, mau dibentuk mirip wayang, kubah, bulan, bintang atau monas sekalipun itu ga gitu penting karena yang jauh lebih penting itu tulisan "HALAL" dalam huruf latin yang besar.
Kenapa itu lebih penting?
Jangankan di dunia, di Indonesia yang negeri muslim dan dekat dengan tradisi/budaya Arab aja masih banyak muslim yang ga bisa baca bahasa Arab, apalagi di dunia.
Di dunia, kebanyakan orang jauh lebih "kenal" huruf latin dibanding huruf Arab. Bayangin anda seorang yang baru masuk Islam, mualaf, yang lahir dan besar di negara non muslim.Beberapa logo halal di dunia malah ada yang ga pake tulisan arab sama sekali. Tapi sayangnya, justru banyak logo halal malah menampilkan tulisan arab dan latin dalam ukuran kecil.
Udahlah logonya kecil, tulisannya kecil. Ini kan malah bikin susah konsumen, apalagi kalo desain produknya "rame". Bubar udah.
Dibanding logo halal lain di dunia, positifnya, logo baru ini termasuk yang huruf latinnya paling besar. Bahkan kalo ukuran logo dicetak kecil pun, tulisan HALAL nya masih relatif dapat terbaca jelas.
Jadi, waktu pertama kali liat logo ini, perhatian saya bukan ke bentuk, warna atau apapun itu, tapi langsung ke huruf latinnya.
Karena yang ngerti bahasa Arab, ga akan kesulitan mahami logo apapun tapi untuk yang ga bisa baca bahasa Arab, tetap bisa baca logonya dengan jelas. Ini esensi utamanya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews