Menanti Perubahan

Nikmati hidup ini, karena kalau sudah mati hidup tak bisa dinikmati, kecuali kita penganut aliran sufi atau garis langit.

Sabtu, 12 Juni 2021 | 14:34 WIB
0
205
Menanti Perubahan
Ganjar Pranowo (Foto: Facebook/Sunardinan Wirodono)

Sejak subuh hari tadi hujan turun. Terimakasih mahasemesta yang membuat hujan, demikian ucapan syukur yang menganggap hujan sebagai berkah. Tapi jika pun ada yang tidak menganggapnya berkah, ampunilah. Mungkin dalam tekanan atasan, di mana ia pagi-pagi mesti berangkat kerja, dengan sepeda onthel atau kendaraan umum, dan tak punya mantol.

Itulah makanya dulu ada tentara membuat cerpen berjudul 'Hujan Kepagian'. Memangnya ada hujan kesiangan, karena semalam begdangan? Bukankah begadang tidak ada artinya dan karena itu jangan, kecuali ada artinya?

Masalahnya, ada atau tidak arti begadang, setidaknya di KBBI? Ternyata begadang ada artinya, di KBBI itu. Yakni berjaga tidak tidur sampai larut malam. So, kalau berjaga tidak tidur sampai subuh, apakah masih masuk kategori begadang? Embuhlah.

Nikmati hidup ini, karena kalau sudah mati hidup tak bisa dinikmati, kecuali kita penganut aliran sufi atau garis langit. Mbah Kyai Albert Einstein, ahli fisika itu pagi-pagi sudah ngomyang, "Banyak hal mungkin datang kepada mereka yang menunggu, tetapi hanya hal-hal yang disisakan oleh mereka yang bekerja keras."

Oalah mbah-mbah, lha bagaimana nasib orang yang kena PHK karena pandemi? Lapor ke Komnas HAM? Bisakah Presiden Jokowi intervensi dalam hal ini?

Dalam tulisannya yang kemudian terhimpun dalam buku 'Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan', Soe Hok Gie menulis; "Barang Siapa mengibarkan bendera "Revolusioner", akan memperoleh pasaran di kalangan kaum radikal, kaum yang menunggu dengan tidak sabar perubahan-perubahan yang mereka harapkan.

Kaum "Radikal" ini berasal dari segala golongan." Bijimana yah, kalau malah ada yang mempersoalkan judul bukunya itu, bukannya 'orang-orang kiri di persimpangan jalan'? Kanan-kiri sama saja, kata Bambang Pancul, yang penting Teh Botol Sosro minumannya. Sayangnya tidak semua suka Teh Botol Sosro.

Ada yang suka blontea, di mana daun teh dicampur-baur, dan karena itu blontea tidak suka teh botol. Dan masa depan kayak kapal layar di dalam botol, dengan sedikit air. Dan tanpa angin bertiup? 

@sunardianwirodono  

***