Semua pihak bisa berinisiatif dan mengambil langkah namun kalau tanpa sinkronisasi bakal berujung tidak merata.
Hampir dua minggu pasca bencana banjir bandang di Malaka, Kamis, 15/04/2021 hujan lagi di Malaka. Berbagai komentar menghiasi layar media sosial. Ada yang cema ada yang bahkan sudah siap-siap barang lagi, seolah-olah bencana yang terjadi, bakal terjadi lagi.
Beberapa waktu setelah hujan, tim Relawan Caritas Indonesia yang terdiri dari Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Santa Maria Fatima Betun turun ke lapangan, Sabtu, 18/04/2021 untuk melakukan pendataan terhadap para terdampak, berbasis aplikasi online-offline. Dalam interview, ditemukan kenyataan hujan malam itu, ternyata masih menyisakan trauma yang mendalam, terkhusus bagi anak-anak.
Kisah seorang ibu, istri salah satu Kepala Dusun di Desa Bereliku, Kecamatan Malaka Tengah, dirinya mengungkapkan kalau hujan malam itu membuat mereka tidak mau tidur, terutama karena tangisan traumatik dari beberapa orang anaknya. Hasil interview dari beberapa relawan lainnya juga menunjukkan demikian.
Kisah di atas, jelas bahwa apa yang dibutuhkan saat ini sebagai respon darurat bencana, tidak hanya distribusi material berupa sembako dan perlengkapan lainnya melainkan juga pemulihan mental berupa trauma healing. Apa yang dilakukan berupa distribusi material memenuhi kebutuhan ragawi, namun saat ini, tidak kalah penting ialah kebutuhan rohani dan bathiniah.
Saat di lapangan, saya mengajukan beberapa pertanyaan tentang kenyamanan dalam makan-minum, ternyata rasa trauma masih lebih dominan daripada kebutuhan makan-minum. Makan-minum tersedia, namun niat dan nafsu makan-minum masih dibayang-bayangi oleh rasa trauma. Kondisi ini makin diperparah dengan bayangan bau bangkai dan bau lumpur yang masih menyengat dalam rasa. Kondisi barang-barang yang berserakan di mana-mana turut mempengaruhi rasa aman para terdampak dalam konsumsi makan-minum. Rasa jenuh pun menghantui karena terlalu banyak barang yang harus diurus dan dirapikan dalam kondisi mental yang belum begitu stabil.
Pada banyak tempat, ditemukan begitu banyak kerugian dan kehilangan yang masih menyisakan rasa stres. Ribuan hewan, rumah dan peralatan lainnya musnah. Sementara banyak pihak berupaya membantu mereka, namun muncul kenyataan bahwa apa yang diupayakan itu, sama sekali tidak dapat memulihkan kembali situasi saat ini, seperti situasi sebelumnya.
Lantas menjadi tugas siapa? Tentu tugas kita bersama, karena rasa solidaritas dan kemanusiaan.
Semua pihak telah tergerak hari. Bantuan mengalir dari berbagai penjuru. Tetapi tetap ada kenyataan bahwa saat ini, rasa trauma masih ada. Sebagai solusi, Pemerintah sebagai pihak yang paling berotoritas dalam penanganan dan tindak lanjut, perlu bersinergi dengan berbagai pihak, lembaga demi pemulihan mental dan kondisi lingkungan terdampak.
Untuk itu dibutuhkan data yang valid, serta perlu ada sinkronisasi data demi memudahkan penanganan terhadap terhadap para terdampak secara tepat sasar dan dilakukan secara merata.
Semuanya bisa terlaksana, termasuk trauma healing kalau ada kerja sama yang baik dan sinkronisasi data secara valid demi meretas berbagai kondisi kekurangan yang ada saat ini.
Semua pihak bisa berinisiatif dan mengambil langkah namun kalau tanpa sinkronisasi bakal berujung tidak merata.
Maka dari semua pihak yang berjibaku, dibutuhkan kerendahan hati untuk saling bertanya dan saling memberi informasi, bukan supaya pihak lain cari gampang melainkan supaya ada sinkronisasi data. Itu hanya mungkin kalau pendataan yang dilakukan benar-benar realistis dan valid.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews