Depresi dan Kesepian

Ketika ditanya alasan bertahan hidup, orang yang depresi tidak menjawab soal pekerjaan atau harta benda, melainkan suatu hal yang terkait dengan istri, suami, anak, orang tua, atau sahabatnya.

Rabu, 6 Januari 2021 | 06:50 WIB
1
336
Depresi dan Kesepian
Depresi (Foto: halodoc.com)

Depresi itu penyakit/gangguan, baik dari perspektif medis maupun psikologis. Namun, depresi adalah penyakit yang sangat bergantung pada keberuntungan kita.

Kalau kita mendapat dukungan sosial yang memadai (dari teman, keluarga, pasangan, dan siapapun yang berarti bagi kita serta kita cintai), maka kita tidak akan mudah jatuh dalam depresi. Atau kalau sudah depresi pun, akan lebih mudah pulih.

Berbeda dengan orang yang sendirian. Tidak punya ikatan sosial. Tidak mendapatkan support/dukungan sosial.

Pasalnya, secara alami manusia selalu ingin membentuk ikatan sosial yang bermakna, di mana kita bisa melakukan interaksi yang memuaskan bagi psikis kita. Sebenarnya, bukan cuma ingin... Kita membutuhkan interaksi dengan orang lain seperti kebutuhan makan minum.

Ketika kita ke mall dan bertemu tukang parkir, atau saat kita ke pasar untuk beli sayur, pasti akan terjadi interaksi. Tapi, bukan interaksi seperti itu yang disebut dengan interaksi yang memuaskan dan bermakna.

Kegagalan membangun sebuah interaksi/ikatan sosial yang bermakna dan memuaskan itulah yang disebut dengan fenomena "kesepian".

Kesepian itu rasanya sangat nyeri, pedih.

Di otak, kegagalan berinteraksi akan direspon dengan cara yang sama dengan bagaimana otak merespon rasa sakit fisik. Hal itu wajar saja.

Kimberley Brownlee berpendapat bahwa kebutuhan sosial ini sama krusialnya dengan kebutuhan biologis seperti makan, minum, dan seks.

Dalam konsep hierarchy of needs-nya Abraham Maslow, kebutuhan akan 'belonging' dan kasih sayang pun termasuk kebutuhan yang wajib terpenuhi kalau ingin memiliki psikis yang sehat, psikis yang berfungsi dengan baik.

Maka, dipenjara itu pedih bukan hanya karena kita kehilangan kebebasan kita, tapi lebih karena kita kehilangan seluruh ikatan/interaksi sosial yang sebelumnya kita miliki.

Suatu penelitian berkata, aktivitas selingkuh yang berkelanjutan tidaklah diinisiasi atas keinginan seksual. Justru, kebanyakan untuk memperoleh ikatan/interaksi yang lebih bersifat emosional, yang tidak terpenuhi dari pasangan resminya.

Interaksi yang memuaskan itu terjadi ketika kamu berarti baginya, dan dia juga berarti bagimu. Karena berarti, kalian berusaha saling memahami. Terdapat level penerimaan yang setara. Ikatan yang membuat nyaman dan lega, terbentuk dari sana.

Antara gangguan psikis (seperti depresi) dengan keinginan bunuh diri, hubungannya tidak langsung.

"Aku depresi/anxiety/BPD, maka aku ingin bunuh diri".

Tidak seperti itu.

Gangguan psikis kerap membuat orang gagal membentuk ikatan sosial. Lalu, kegagalan itulah yang membuat orang jadi amat putus asa, tidak berdaya, dan sendiri... Dari situ muncul keinginan bunuh diri (suicidal).

Kuliah psikologi dan dikenal secara luas, membuatku sering berurusan dengan orang yang suicidal parah.

Biasanya mereka kutanyai,
+ "Apa yang kamu rasakan?"
= "Depresi, saya merasa putus asa, kayaknya keadaan kayak gini gak akan berubah"
+ Apakah kamu merasa sendiri?
= Ya, aku ngerasa aku sendirian banget"
+ Saat merasa seperti itu, apa yang ingin kamu lakukan?"
= Aku ingin mengakhiri semuanya. Aku bener-bener gak kuat lagi dan ingin bunuh diri..."
+ "Begini, sekarang kalau kamu terbersit keinginan seperti itu, kamu telpon aku ya. Aku akan berusaha dengerin dan nemenin kamu, aku janji aku gak akan ngasih nasihat atau solusi apapun kecuali kamu minta. Aku cuma akan jadi temen kamu. Dan gak usah ngerasa gak enak sama aku... Kamu sama sekali gak bebanin aku kok. Telpon kapanpun, oke?".

Biasanya mereka langsung menitikkan air mata, merasakan sedikit kelegaan, dan tendensi suicidalnya menurun.

Dukungan orang lain mengubah apa yang tadinya tidak kuat kamu tanggung (seperti depresi), menjadi kuat kamu tanggung.

Mungkin saja kamu tetap sakit, tapi kamu masih bisa bertahan.

Kehadiran orang lain mencegahmu putus dari harapan, mencegahmu terdiskoneksi dengan realita dunia yang sesungguhnya netral, namun jadi terasa pahit ketika kamu menjalani dunia tanpa kehadiran orang yang bermakna.

Dalam beberapa kesempatan, teman baik adalah segalanya.

Umumnya, ketika ditanya alasan bertahan hidup, orang yang depresi tidak menjawab soal pekerjaan atau harta benda, melainkan suatu hal yang terkait dengan istri, suami, anak, orang tua, atau sahabatnya.

Sakit dan sengsara itu beda.

Sakit = sakit.
Sengsara = sakit + merasa sendirian dalam sakit itu.

Ketika kita menghilangkan 'sendiri'nya, maka 'kesengsaraan' yang tidak bisa mereka jalani, berubah jadi 'sakit' yang bisa mereka jalani. 

Asa Firda Inayah
Psikolog masa depanmu, A walk-the-talk-future-psychologist.

***