Saya sempat berang, karena di Indonesia sangat tidak sopan menawarkan rencana penguburan kepada orang yang masih hidup.
Di Indonesia, bila sedang dalam perjalanan, baik dengan menggunakan transportasi kereta api ataupun pesawat, kalau kebetulan duduk bersebelahan dengan sesama orang Indonesia maka secara sopan santun kita akan menyampaikan beberapa pertanyaan sederhana. Misalnya, "Maaf, dari mana, Pak?"
"Saya dari Surabaya, kalau bapak dari mana?"
"Kalau saya dari Padang, Pak."
Kemudian kita diam sambil memonitor bahasa tubuh yang di kedepankan "teman" seperjalanan kita. Kalau orangnya langsung diam dan mengalihkan pandangan keluar jendela atau tampak mulai sibuk membaca, maka hal ini merupakan sinyal bahwa yang bersangkutan tidak mau diganggu dengan pertanyaan berikut. Maka jalan paling baik adalah sama-sama menyibukkan diri dengan urusan masing-masing.
Tetapi bila yang bersangkutan tampak antusias dengan cara masih memandang kita sambil tersenyum, maka pertanyaan berikutnya boleh disusul, misalnya:
Lagi tugas atau liburan?
Oya namanya siapa pak?
Dan seterusnya...
Beda Negeri, Beda Budaya dan Takaran Kesantunan
Pada awal tinggal di Australia, saya sempat mengalami semacam culture shock. Suatu waktu ada telepon masuk dan kebetulan putri kami sedang tidak bekerja di rumah, maka saya menjawab panggilan telepon tersebut.
Terdengar suara merdu di ujung sana yang memperkenalkan namanya dan kemudian minta waktu beberapa menit untuk menjelaskan paket rumah masa depan. Rasanya tidak tega menolak orang yang minta waktu hanya beberapa menit saja, maka saya bilang, silakan.
Namun ternyata yang maksudnya paket rumah masa depan adalah rencana penguburan. Saya sempat berang, karena di Indonesia sangat tidak sopan menawarkan rencana penguburan kepada orang yang masih hidup.
Secara sopan saya katakan, nanti akan saya rundingkan dengan istri, dan kemudian mengakhiri pembicaraan yang membuat hati saya tidak nyaman. Begitu telepon ditutup, putri kami pas tiba di rumah. Menyaksikan wajah saya tidak enak dilihat, maka ia bertanya mengapa?
Saya jelaskan bahwa tadi ada gadis yang kurang sopan karena telah berani menawarkan rencana penguburan kepada saya. Kata putri kami, "Papa tidak usah dipikirkan. Hal itu di sini sangat biasa. Kalau papa tidak suka, lain kali bilang saja, "Sorry, papa lagi sibuk".
Saya hanya mengiyakan, tapi sebenarnya masih dongkol rasanya. Kemudian terpikir oleh saya bila saya bilang, saya sibuk, ntar yang menelpon nanya, "Kapan Anda ada waktu?" Maka sejak saat itu bila ada yang menelpon mau menawarkan "rumah masa depan" saya cukup menjawab dengan santun, "Sorry, no english".
Ternyata "password" ini ampuh. Begitu mendengar saya menjawab "Sorry, no english" maka langsung dijawab, "Oh sorry, thank you and bye". Beres deh.
Kembali ke Judul Tulisan
Di sini kalau pertama kali bertemu, orang saling sapa, "Hi, Good morning, How are you?" Dan kemudian bercerita tentang cuaca bagus. Tidak ada yang bertanya:
nama anda siapa?
datang dari mana?
agama anda apa?
kerja di mana?
berapa umurnya?
dan seterusnya ...
Kalau sudah sering ketemu atau karena memang ada sesuatu urusan dengan diri kita, maka barulah orang menanyakan tentang nama, di mana tinggal, dan seterusnya, kecuali mengenai agama. Karena beragama atau tidak, bagi orang di sini adalah urusan sangat privasi, yang tidak layak ditanyakan.
Kami sudah bergaul dengan banyak orang dari berbagai suku bangsa di Australia ini, tapi tidak seorang pun yang tahu apa agama saya dan begitu juga sebaliknya.
Kesimpulan: Mengenai perbedaaan kriteria sopan dan tidak sopan, tidak dapat diperdebatkan karena setiap negeri memiliki budaya dan adat istiadat masing-masing.
Hal ini baru menyangkut dalam hal bertutur kata. Sesungguhnya perbedaan terjadi di hampir seluruh ruang hidup, termasuk dalam hal sopan santun dalam berlalu lintas.
Yakni, kalau di zebra cross tidak pernah ada yang berani membunyikan klakson pada pejalan kaki. Di negeri kita itu adalah hal yang biasa. Yang penting, seperti kata peribahasa, di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung, tanpa harus kehilangan jati diri kita sebagai orang Indonesia.
Tjiptadinata Effendi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews