Ketika sang pawang harus mati oleh hewan kesayangannya sendiri dan nama pawang ular pun sirna karena tidak bisa menjinakkan dan malah jadi korban.
Dalam sebuah video yang viral, ada pawang ular bernama Norjani dari Desa Pak Utan, Kecamatan Toho, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Ia sedang atraksi dengan ular King Kobra.
King Kobra yang terlihat kurang bersahabat itu sempat mematok bagian tangannya, tapi tidak dihiraukan dan dianggap angin lalu atau sudah biasa. Bukannya segera berobat atau dibawa ke dokter, Sang Pawang malah semakin membuat Kobra King itu makin beringas dan susah untuk dikendalikan dan malah menggigit bagian wajah sang pawang.
Akhirnya sang pawang meninggal setelah demam beberapa hari atau telat untuk ditangani secara medis. Apalagi Sang Pawang di desanya terkenal sebagai dukun. King Kobra itu akhirnya dibunuh oleh pihak keluarga. King Kobra jadi tertuduh atas kematian sang pawang.
Terus salahnya King Kobra apa?
Ketika sang pawang harus mati oleh hewan kesayangannya sendiri dan nama pawang ular pun sirna karena tidak bisa menjinakkan dan malah jadi korban.
Berapa banyak pawang ular mati karena digigit oleh hewan piaraannya sendiri? Banyak!
Belum lama ini di Bandung juga ada pawang ular mati digigit oleh King Kobra dalam sebuah atraksi di antara komunitas pecinta ular tersebut. Bahkan di Bandung juga anak SMP yang memelihara King Kobra meninggal karena digigit saat memandikan ular kesangannya tersebut.
Terkadang sifat manusia suka pamer di hadapan banyak orang karena sudah menyandang "pawang", tapi kadang takdir berkata lain.Binatang periaan yang disayangi itu bisa mengantarkan sang pemilik ke alam baka atau alam keabadian.
Berhati-hatilah dengan King Kobra jangan menganggap remeh bisa ular itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews