Bunuh Diri dan "Imaginary Friend"

Minggu, 23 Desember 2018 | 05:50 WIB
0
664
Bunuh Diri dan "Imaginary Friend"
chester, chris, kurt cobain (Foto: Provoke-online.com)

Ada sejumlah sosok yang kukagumi. Sosok-sosok yang hidupnya berakhir dengan tragis, bunuh diri. Diantaranya Kurt Cobain (Nirvana), Chris Cornel (Sound Garden/Audioslave) dan yang terakhir Chester Bennington (Linkin Park). Selain itu ada juga beberapa tokoh terkenal yang bernasib sama, yang ringkasan perjalanan hidupnya sempat kutelaah.

Dari hasil pengamatanku, satu hal yang menghubungkan semuanya, membunuh diri adalah puncak dari kebencian terhadap dirinya sendiri.

Masing-masing mereka memiliki kebiasaan yang sangat buruk. Menyalahgunakan narkoba, alkoholik dan kebiasaan-kebiasaan menyimpang lainnya. Buruk bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungan sosialnya, terutama bagi keluarga dekatnya.

Mereka sangat menyadari bahwa kebiasaannya itu adalah kebiasaan yang buruk, bahkan sangat membencinya, tetapi ironisnya mereka tidak bisa mengendalikan dirinya untuk menghindari atau meninggalkan kebiasaan buruk itu. Meskipun mereka telah mencobanya dengan bersusah payah. Hal yang menjadi dasar kebencian mereka terhadap dirinya sendiri.

Di sinilah letak pentingnya pegangan atau sandaran hidup, yang menjadi teman hidup selama kita hidup di dunia ini. Secara ilmiah, cukup banyak penelitian psikologi yang menunjukkan bahwa "imaginary friend" bermanfaat atau bahkan sangat bermanfaat bagi perjalanan hidup seseorang (Science Daily).

Dari satu sudut pandang, entitas yang maha berkuasa (jamak kita sebut dengan Tuhan) bisa dianggap sebagai teman imajinasi, dalam pengertian teman yang tidak bisa kita ketahui keberadaannya melalui panca indera.

Teman yang mengarahkan kita pada suatu agama atau kepercayaan. Teman yang menjaga api semangat hidup tidak padam. Teman setia yang selalu menjaga kita dari keburukan dan menunjukkan kepada kita kepada kebaikan-kebaikan.

@ajuskoto

***