Kaum radikal mulai menancapkan pengaruhnya, tak hanya pada orang dewasa dan manula, tapi juga generasi muda. Mahasiswa dan pelajar jadi sasaran empuk paham radikalisme, karena mereka dianggap masih polos, sehingga bisa dipengaruhi dengan mudah. Jangan sampai ada korban baru dari generasi muda yang menjadi teroris dan penghianat bangsa.
Paham radikalisme sangat berbahaya karena mereka terang-terangan menolak azas pancasila dan ingin menggantinya dengan hukum agama. Mereka juga sering merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah, dan dianggap musuh. Jadi setiap aturan dan Undang-Undang yang dibuat oleh pemerintah tidak dilaksanakan.
Kaum radikal juga semakin pintar memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan paham radikalisme. Mereka tak hanya membuat situs, tapi juga grup WA dan channel Telegram untuk menyebarkan pengaruhnya di dunia maya. Sasaran dari berita yang tersebar di internet adalah kaum muda, yang memang sudah keranjingan internet.
Mengapa harus generasi muda? Kaum radikal sudah mengamati bahwa anak-anak muda di Indonesia cenderung cuek dan menganggap bahwa tindakan untuk taat peraturan adalah hal yang keren. Juru bicara Badan Intelijen Negara, Wawan Hari Putranto, juga menyatakan bahwa generasi muda kurang waspada terhadap informasi yang tersebar di media sosial. Jadi anak remaja yang menuju dewasa adalah sasaran empuk dari kaum radikal, karena mudah percaya pada berita di internet yang belum tentu valid.
Anak muda juga dalam proses untuk menemukan jati diri dan mereka sedang mencari cara agar keberadaannya diakui oleh lingkungan. Mereka juga senang dengan gaya hidup anti kemapanan dan bergaya anti mainstream. Jika ada anak muda yang seperti ini, biasanya akan mudah terhasut oleh kaum radikal. Karena para teroris secara terselubung mengajak mereka untuk memprotes kebijakan pemerintah dan menyalurkan jiwa muda yang penuh pemberontakan, untuk ikut berdemo.
Kaum radikal yang sudah berhasil mendekati anak muda melalui dunia maya mulai menanamkan doktrin bahwa pemerintah itu jahat, pancasila adalah thagut, dan paham demokrasi itu tidak adil bagi seluruh rakyat Indonesia. Penanaman paham yang salah ini lebih mudah, bahkan tanpa harus ada pertemuan fisik, karena anak muda membaca berita dan doktrin itu dalam kondisi otak yang rileks. Sehingga bisa lebih masuk ke alam bawah sadar.
Yang lebih ekstrim lagi, anak-anak muda juga dipengaruhi agar mau jadi pengantin bom sebagai bentuk jihad paling tinggi. Mereka akhirnya sudah tercuci otaknya dan mau dijadikan korban agar terorisme dengan cara mengebom tempat umum berhasil. Di dalam otak anak muda tersebut ditanamkan bahwa perbuatan ini mulia dan bisa masuk surga, padahal yang terjadi adalah sebaliknya.
Anak-anak muda diharap jangan mau bersentuhan sama sekali dengan kaum radikal. Jika ada berita yang terkesan menjelekkan pemerintah atau mengajak untuk memprotes suatu kebijakan, lihat dulu siapa penulisnya dan apa nama situsnya. Cek dulu di situs anti hoax dan jangan sampai terpengaruh oleh ucapan kaum radikal, apalagi turut menyebarkannya.
Kaum radikal memang padai bermain kata-kata dan membujuk calon anggotanya. Jangan pula sembarangan masuk ke sebuah channel Telegram dan lihatlah background dari pendirinya. Bukannya curiga, tapi lebih ke waspada agar tidak terlanjur masuk ke lingkaran kaum radikal. Karena jika sudah terlanjur masuk akan susah keluar.
Generasi muda adalah sasaran dari kaum radikal karena mereka berpikiran terbuka dan cenderung bergaya hidup anti kemapanan. Kaum radikal memanfaatkan media sosial untuk merekrut anggota dan mendekati para anak muda, agar bisa melebarkan sayap dan menyebarkan ajarannya yang sesat. Waspadalah dan jangan sampai terpengaruh dengan kata-kata manisnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews