Ini demi keselamatan kita semua. Semoga Idulfitri nanti menjadi kemenangan kita atas hawa nafsu dan pandemi COVID-19, insya Allah kita bisa jika kita benar-benar menahan diri.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini pun Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan kita kesempatan untuk berjumpa dengan bulan Ramadan. Semoga Allah berikan pada kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan ini, dan berjumpa lagi di tahun-tahun berikutnya. Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.
Setahun yang lalu, pernahkah kita mengira bahwa kita akan menjalani ibadah puasa dan salat tarawih di rumah saja? Setahun yang lalu, pernahkah kita mengira bahwa wacana-wacana buka puasa bersama itu, akhirnya tahun ini menjadi benar-benar tak terlaksana?
Setahun yang lalu, pernahkah kita mengira bahwa aktivitas mudik, yang menjadi rutinitas kita setiap tahun, tidak akan bisa kita laksanakan? Setahun yang lalu, pernahkah kita mengira bahwa kita akan berjumpa dengan Ramadan seolah-olah dalam keadaan perang, hanya saja kali ini perangnya melawan sesuatu yang tidak terlihat secara kasat mata?
Kenyataaannya, kini kita sudah empat hari menghadapi situasi seperti ini. Sudah empat hari di bulan puasa ini kita berpuasa dalam keadaan kita menghadapi pandemi COVID-19. Sampai kapan? Entah, kita belum tahu karena sejauh ini kita belum melihat tanda-tanda berakhirnya pandemi ini. Bahkan, masih banyak hal-hal terkait virus penyebab COVID-19, yaitu SARS-CoV 2, yang kita baru tahu sekarang, yang mana ini tentu akan menimbulkan berbagai kemungkinan baru.
Namun, apakah situasi ini selalu buruk? Saya sering berkata, diambil hikmahnya saja. Nyatanya banyak sekali hikmah di balik berpuasa dalam keadaan pandemi COVID-19 ini.
Hikmah-hikmah yang bisa kita pelajari dari pandemi COVID-19, sebagian besar sudah saya kemukakan dalam Kultum Tarawih 1-4 sebelum ini. Di antaranya kita berpuasa dengan berbagai privilege dan kemudahan, kita belajar bahwa beragama itu mudah dan memudahkan, kita belajar untuk mendahulukan menghindari mudharat daripada meraih maslahat, kita belajar juga bahwa mengimami salat tidak semudah yang dibayangkan. Namun, ada hikmah yang lebih penting lagi mengenai ini.
Puasa sejatinya adalah shaum, shiyam. Artinya adalah menahan diri. Secara istilah agama puasa adalah menahan diri dari segala hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari (maghrib). Puasa kali ini, selain hal-hal tersebut, kita juga belajar menahan diri dari berbagai hal.
Kita menahan diri dari keinginan kita berkumpul-kumpul, beraktivitas di luar rumah, demi menyelamatkan diri kita, keluarga kita, dan masyarakat dari bahaya COVID-19. Kita menahan diri dari keinginan kita melaksanakan ibadah berjamaah di masjid, supaya kyai-kyai kita tetap sehat dari ancaman SARS-CoV 2. Kita menahan diri dari ego kita, menaati anjuran ulil amri agar kita semua bisa melewati pandemi ini.
Mari kita benar-benar bershiyam, menahan diri. Baik kita menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, dan juga menahan diri dari ego dan keinginan kita yang dapat membahayakan masyarakat banyak. Ini demi keselamatan kita semua. Semoga Idulfitri nanti menjadi kemenangan kita atas hawa nafsu dan pandemi COVID-19, insya Allah kita bisa jika kita benar-benar menahan diri.
Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews