Kata kata yang menjadi password kami dalam berinteraksi dalam rumah tangga adalah: "Tolong" dan "terima kasih".
Memilih Asas Gotong Royong
Untuk menjaga agar masing masing karyawan memahami dan bertanggung jawab atas tugas masing masing, maka diterapkan asas: "Job Description", yang artinya adalah: "pembagian tugas". Yang terdiri dari: Sekretaris, Kasir.
Pembukuan, Tugas Luar dan Office Boy atau Office Girl. Semakin besar Perusahaan ,maka akan semakin lengkap Personal yang ditempatkan di pos masing masing. Seperti, sewaktu kami masih aktif di Perusahaan Eksport. selain dari Karyawan yang disebutkan, masih dibutuhkan Mandor Gudang dan Karyawan Khusus Dibidang Ekspor.
Kalau ruangan kantor kurang bersih atau ada air yang tumpah di lantai,maka yang dipanggil adalah Office Boy atau Office Girl. Kalau Kasir sedang ada urusan ke Bank, maka pelanggan Kopi atau Kulit Manis, harus mau menunggu hingga Kasir kembali.
Walaupun saya adalah Pemilik Perusahaan, tapi saya tidak boleh membuka laci meja Karyawan saya, untuk membantu melakukan pembayaran. Tujuannya adalah agar setiap Karyawan,bertanggung jawab penuh atas tugas dan wewenang yang dilimpahkan kepadanya.
Kembali Ke Judul
Nah, apakah dalam rumah tangga asas Job Description ini perlu diterapkan? Ataukah kita lebih memilih menerapkan asas gotong royong?
Tentu saja dalam hal ini,tidak ada penilaian: "salah" atau "benar", karena setiap keluarga, berhak secara penuh, untuk menentukan,yang menurut pertimbangan mereka adalah yang terbaik bagi keluarga. Karena apa yang baik bagi keluarga orang lain, belum tentu juga baik bagi keluarga kita.
Sebagai contoh aktual.bagi keluarga yang kondisi ekonomi sudah mapan dan sudah mampu menggaji Pembantu dan Sopir Pribadi,maka istri dapat menerapkan prinsip: "Istri adalah Ratu Rumah Tangga" Karena segala urusan bersih bersih rumah, pekarangan, sudah ada dua orang Pembantu, yang akan mengerjakan. Dan bila ingin ke Pasar,sudah ada Sopir Pribadi.
Tugas istri di rumah adalah bertindak sebagai boss yang mengatur tugas dari Pembantu dan Sopir. Setelah itu ,Istri bisa bersolek dari pagi hingga sore . Ketika suami pulang, istri menyambut dengan senyum mesra dan dandan yang aduhai Tapi tidak semua orang beruntung ,dapat meraih kondisi hidup seperti ini.
Bila Ekonomi Keluarga Pas Pasan
Bilamana kondisi ekonomi keluarga: "pas pasan", maka cara dan gaya di atas tentu saja tidak mungkin dapat diterapkan. Perlu antara suami dan istri bekerja sama, dalam melakukan aktivitas dalam rumah tangga. Hal hal yang tampak sepele, bilamana tidak dibicarakan dari hati ke hati, dapat memicu rusaknya keharmonisan rumah tangga.
Suami merasa setelah seharian kerja keras mencari nafkah, merasa bahwa segala urusan rumah tangga adalah sepenuhnya tugas istri. Sementara istri yang sudah bangun subuh, mempersiapkan sarapan pagi, mempersiapkan anak anak yang mau berangkat ke sekolah dan kemudian masih harus ke pasar untuk berbelanja.
Pulangnya masih harus memasak untuk persiapan makan siang anak anak dan sekaligus makan malam keluarga,tentu juga merasa lelah. Karena itu diperlukan kesepakatan antara pasangan hidup, gaya dan cara mana yang akan diterapkan
Kalau Kondisi Ekonomi Keluarga Sedang Terpuruk
Ketika kondisi ekonomi keluarga kami sedang terpuruk, maka cara dan gaya yang disebut diatas ,sudah tentu tidak mungkin dapat diterapkan. Jam 4.00 subuh istri saya setiap hari sudah harus ke Stasiun Kereta api, sambil membawa putra kami yang pada waktu itu baru satu orang dan berusia belum genap 4 tahun.
Tugas saya adalah mengupas Kulit Kelapa dan memarut dengan mesin parutan kelapa, sehingga begitu ada pelanggan yang datang, saya sudah siap. Mengingat para pelanggan kami pada umumnya, adalah orang yang berjualan cendol atau usaha katering, maka mereka sudah harus buru buru ke pasar untuk membeli kelapa yang sudah di parut. Karena takut kehilangan Pelanggan, maka walaupun terkadang saya sakit dan demam, saya memaksakan untuk tetap berjualan.
Istri saya naik Kereta api bersama putra kami dan kemudian membawa pulang Kelapa yang masih berkulit sehingga harganya jauh lebih murah. Kalau menunggu di stasiun Pulau Air di Padang, harganya sudah lebih mahal,maka istri saya naik kereta api, untuk membeli kelapa di stasiun kereta api di Pariaman, yang jaraknya sekitar satu jam dari kota Padang. Kemudian buru buru pulang, memandikan anak, kemudian harus mengajar di Sekolah Kalam Kudus. Kami berdua pada waktu itu, tak ubahnya bagaikan: "jongos " dan "babu".
Mulai dari mengepel lantai, menimba air dari sumur, menyaringnya, kemudian merebus ubi untuk sarapan pagi, kami lakukan berdua secara gotong royong. Pokoknya siapa yang sempat lakukan. Yang paling melelahkan adalah ketika bangun pagi, ternyata ada bangkai tikus yang sudah mengapung di dalam sumur.
Maka dengan sekuat tenaga saya harus menimba air sumur hingga kering ,agar terbit air yang baru. Tapi, karena kami berdua melakukan dengan penuh keikhlasan, tak ada yang merasa jadi: "babu" atau jadi "Jongos".
Sudah Menjadi Tradisi Dalam Keluarga
Karena sejak dulu sudah terbiasa menerapkan asas gotong royong, maka hingga kami sama sama menua, prinsip ini tetap berlanjut. Kata kata yang menjadi password kami dalam berinteraksi dalam rumah tangga adalah: "Tolong" dan "terima kasih". Sebagai Kepala Rumah Tangga saya tetap dihargai, sehingga sebelum memutuskan untuk membeli apapun, istri saya selalu minta persetujuan saya, walaupun uang ada di tangan. Begitu juga sebaliknya.
Tulisan ini, tidak bermaksud merecoki urusan keluarga orang, melainkan hanya sekedar berbagi sepotong kisah hidup yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi orang banyak. Namun, pilihan ada di tangan kita masing-masing.
Tjiptadinata Effendi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews