Sekilas Catatan Sejarah Provinsi Papua Selatan

Jumat, 12 September 2025 | 22:49 WIB
0
5
Sekilas Catatan Sejarah Provinsi Papua Selatan
Lambung

Papua Selatan adalah ibu kota Merauke, bagian Indonesia yang terpisah dari Provinsi Papua. Terdapat 2 provinsi lainnya yang membentuk yaitu Papua dataran tengah dan papua Dataran Tinggi.

Sejarah Provinsi Papua Selatan

Pada tanggal 25 Juli 2022 berdasarkan Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2022 ini Joko Widodo sudah menandatangani tentang pembentukan provinsi papua selatan. Sejarah Provinsi Papua Selatan sudah tertulis yang telah memperjuangkan status provinsinya sendiri sejak tahun 2002 dan diusulkan untuk dibentuk kembali pada tahun 2020. 

Oleh karena itu, perjalanan untuk membentuk Papua Selatan, dalam rangka memajukan Tanah Papua, tidaklah semudah membalik telapak tangan. Perjalanan untuk membentuk provinsi yang juga dikenal sebagai wilayah adat Anim Ha ini memakan waktu kurang lebih 20 tahun.

Pada Awalnya rencana dari pemekaran Papua Selatan telah mencakup lima provinsi yaitu: Bofin mabey, Digul, Asmat, Pegunungan Bintang, dan Merauke. Karena pertimbangan teritorial, Pegunungan Bintang yang kemudian mengundurkan diri dari program tersebut.

Papua Selatan ini berbatasan langsung dengan Papua Nugini letaknya berada di dataran rendah dekat rawa-rawa dan sungai besar seperti Maru dan Digul. Wilayah ini menawarkan hasil pertanian seperti sagu dan ikan, yang menjadi sumber penghidupan suku-suku di tepi sungai dan pesisir seperti Marind, Asmat, Kombay, Koroway, Muyu, dan lainnya.

Wilayah adat Anim Ha banyak terdapat suku di provinsi papua selatan. Mereka biasanya menggunakan perahu dayung dan membuat ukiran kayu, terutama suku Asmat. Papua selatan ini merupakan rumah yang kaya akan keanekaragaman hayati bagi Taman Nasional Wasur termasuk musamus, walabi dan burung cendrawasih.

Masa Kolonial

Sebelumnya rawa rawa dipapua selatan telah dihuni oleh berbagai suku, seperti suku marind, asmat dan Wambon yang hingga saat ini masih mempertahankan tradisi mereka. Suku Marind dikenal dengan budayanya yang hidup secara berkelompok disepanjang sungai diwilayah merauke, Suku ini mengandalkan berkebun, berburu dan meramu untuk bertahan hidup.

Masyarakat Merainde dikenal dengan tradisi berburu kepala, bahkan menggunakan perahu untuk menyusuri pesisir dan sungai guna mencapai desa-desa terpencil dan memenggal kepala penduduknya. Setelah itu Suku Marind kemudian membawa kepala korban untuk dirayakan dan diawetkan. Saat abad ke-19, bangsa Eropa sudah mulai menjajah Pulau Papua tersebut. 

Etimologi

Nama Papua ini mempunyai sejarah panjang yang sudah dipengaruhi oleh interaksi lokal dan asing. Nama "Papua" berasal dari kata Tidore "papu awa" yang berarti "tidak bersatu", atau dari kata Melayu Kuno "papuah" yang berarti "rambut keriting". 

Teori lain juga menyatakan bahwa nama tersebut berasal dari kata Biak "sup-e papua" yang artinya "dataran rendah" atau matahari terbenam yang merujuk pada Kepulauan Raja Ampat. Nama "Irian Jaya" dicetuskan oleh Frans Kaisebue, berasal dari kata Biak "irian", yang berarti "tanah panas", atau dari bahasa Serui dan Merauke, yang berarti "tiang bangsa" atau "bangsa yang dihormati".

Nugini belanda ini merupakan sebutan bagi pulau papua yang bergabung pada tahun 1963 dan dan menjadi 2 provinsi pada tahun 2001, yaitu provinsi Irian Barat menjadi Irian Jaya . Sedangkan pada tahun 2003 papua ini rubah menjadi Papua Barat dan Papua Timur. Organisasi Papua Merdeka (OPM), sebuah kelompok separatis yang memperjuangkan kemerdekaan, juga menggunakan nama "Papua Barat".

Era Kolonial

Pada tanggal 13 Juni 1545, penjelajah Spanyol Ortiz de Retez meninggalkan Tidore dan menyusuri hilir Sungai Mamberamo, mendeklarasikan wilayah tersebut sebagai wilayah Spanyol dan menamakannya Nugini karena kemiripan penduduknya dengan penduduk Guinea di Afrika Barat.

Pada tahun 1770 Belanda mengganti nama papua nugini untuk memperkuat posisi mereka di Papua yang dipublikasikan di peta internasional oleh kartografer Isaac Tiron. Hal ini meningkatkan popularitas wilayah tersebut di Eropa.

Akan tetapi kendali belanda atas papua beralih ke inggris pada tahun 1774 dan kemudian mendirikan sebuah Benteng Penobatan diTeluk Duriri ditahun 1775. Seorang Sultan Tidore, Kamaluddin Syah juga menentang kehadiran bangsa Inggris hingga pada akhirnya tahun 1814 sultan tidore meninggalkan Papua.

Pada tanggal 24 Agustus 1828, Belanda mendirikan Benteng Du Bos di Teluk Triton, menandai dimulainya penjajahan Belanda di Papua, di mana mereka menjalin kemitraan dengan tiga raja setempat. Meskipun potensi ekonomi Papua dianggap minim, pada tahun 1849, batas wilayah Tidore meluas hingga perbatasan modern antara Indonesia dan Papua Nugini.

Setelah kendali Inggris atas Papua Nugini pada tahun 1884, sebuah perjanjian antara Belanda dan Inggris, yang ditandatangani di Den Haag pada tanggal 16 Mei 1895, menetapkan batas wilayah di Sungai Pinsbach. Yang mengakibatkan Papua Barat menjadi suatu wilayah Belanda yang dikenal dengan nama Nugini Belanda.

Demikian penjelasan tentang Sekilas Catatan Sejarah Provinsi Papua Selatan seperti yang dilansir just wisdom teeth semoga bermanfaat, terimakasih.