Masjid itu bernama Al-Qolbu, artinya "hati", tapi rencana akan kami ganti Masjid Sehati agar benar-benar menyatu.
Tahun 2005 karena ada fasum kosong kami musyawarah untuk membuat mushola. Seperti biasa lazimnya pikiran mayoritas kami hanya membuat pemberitahuan kepada tetangga yang non muslim bahwa kami mau mendirikan mushola.
Ada 3 warga yang protes menolak, tapi akhirnya melunak. Secara internal kami putuskan untuk tidak memasang pengeras suara di luar mengingat tetangga kanan kiri kami adalah non muslim, dan kami juga mahfum yang pas di depan mushola memelihara anjing dengan suara lolongan kerasnya. Kami tidak protes karena duluan ada kandang anjing dari mushola.
Setiap Ramadhan karena kegiatan tarawih kami juga berkunjung ke tetangga untuk sounding bahwa malam hari pasti akan ramai karena kegiatan Ramadhan, biasanya kami bawakan buah tangan sekedarnya.
Selang 7 tahun disepakati mushola di jadikan masjid agar bisa dipakai jumatan. Visi misinya adalah selain untuk ibadah ritual juga sebagai kegiatan sosial. Pada saat peresmian kami undang tetangga non muslim kebetulan ada yg Hindu, Katholik dan Kristen.
Kegiatan sosial yang kami lekatkan adalah praktek dokter, koperasi dan Paud. Dokternya juga beragama Hindu, dr. Made.
Sebagai catatan internal yang harus dipegang kuat adalah bahwa tanah yang dipakai adalah tanah fasum warga, sehingga keberadaan masjid tidak boleh mendominasi termasuk lahan parkir harus disiapkan untuk dipakai warga sebagai sarana simpan mobil malam hari.
Intinya keberadaan masjid harus bermanfaat kepada warga sekitar tanpa ada sekat agama.
Sampai sekarang sudah 22 tahun keberadaan masjid tidak pernah ada masalah padahal populasi umat beragama di RT, 50% nya non muslim.
Artinya toleransi itu begitu kuat pada saudara kita yang non muslim. Perumahan dimana kami tinggal ada 4.000 rumah, dalam kurun waktu 30 tahun sudah 6 masjid berdiri dan tidak ada satupun rumah ibadah agama lain. Mereka fine saja. Sementara kita mendirikan masjid di fasum milik bersama tapi kadang mendirikan masjid tanpa permisi.
Pernah beberapa kali jamaah masjid protes ke saya meminta agar dipasang toa, saya jawab bahwa tanah masjid ini adalah 50%nya kita numpang diatas hak kaum non muslim, terus masih mau menjajah kupingnya. Mereka berargumen untuk syiar, Saya jawab kalau mau syiar pakai prilaku malah lebih laku daripada pasang toa nambah polusi udara.
Terima kasih saudaraku sekemanusiaan, walau kita tak seiman tapi kita nyaman hidup berdampingan.
Masjid itu bernama Al-Qolbu, artinya "hati", tapi rencana akan kami ganti Masjid Sehati agar benar-benar menyatu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews