Berkaca dari pengalaman tersebut, saya percaya bahwa jaringan listrik itu rentan dengan gesekan atau sentuhan pepohonan. Sekilas nampak sepele, tapi faktanya seperti itu.
Padamnya listrik pada hari Minggu 4 Agustus 2019 yang terjadi di sebagian pulau Jawa membuat kepanikan masyarakat, bahkan menyebabkan terjadinya kelumpuhan sistem transportasi di MRT dan LRT. Kerugian materi tak terhitung.
Saya pun juga ikut panik karena memelihara ikan dua kolam yang memakai filter air dan butuh tenaga listrik. Berdasarkan pengalaman yang lalu, kalau listrik mati lebih dari 3 jam biasanya ikan mulai meloncat-loncat tanda kekurangan oksigen dan setelah itu biasanya mati.
Padamnya listrik pada hari Minggu itu terjadi ada yang 5 jam, 7 jam bahkan ada yang 18 jam. Dan bervariasi tiap daerah. Baru normal seluruhnya setelah tiga hari.
Sampai sekarang penyebab pastinya belum diketahui. Masih bersifat dugaan. Ada yang katanya pohon Sengon, Mahoni dan Randu Alas yang menjadi biang keladi padamnya listrik di tanah Jawa. Tetapi, baik Mabes Polri dan PLN menyatakan padamnya listrik bukan karena sabotase, hakcer atau yang terkait terosisme.
Setiap peristiwa atau kejadian di negeri tercinta Indonesia ini selalu banyak pandangan atau dugaan, baik dari kalangan ahli atau masyarakat itu sendiri. Banyak spekulasi dan analisa. Kadang analisanya serem-serem, seperti karena sabotase atau ulah teroris. Mereka punya sudut pandang sendiri-sendiri.
Misal ada gempa atau stunami-kalau bertanya pada ustadz atau kyai-jawabnya bisa jadi karena teguran atau peringatan dari Tuhan. Bahkan ada yang bilang itu azab dari Tuhan.Tetapi kalau bertanya pada ahli kegempaan-pasti jawabnya terjadi karena lempeng ini dan itu bertabrakan. Maka gempa itu terjadi.
Ada lagi pendapat dari masyarakat bahwa gempa atau stunami terjadi karena banyaknya pengeboran sumur minyak yang dalam dan menyebakan ambrol dan terjadilah gempa atau stunami. Bahkan pendapat ini adalah penulis di Pepnews. Hahaha aya-aya wae!
Nah, terkait mati atau padamnya listrik pada hari Minggu itu juga banyak spekulasi atau pendapat. Intinya mereka tidak percaya, bahwa pohon Sengon bisa menyebabkan padamnya listrik di pulau Jawa.
Ada yang bilang karena sabotase dan ulah hecker atau jaringan listrik direntas. Dengan memberi contoh beberapa negara seperti Ukraina, Venezuela atau Argentina.Padahal dua negara Ukraina dan Venezuela lagi terlibat konflik. Yang satu terlibat konflik dengan Rusia dan yang satu terlibat konflik dengan Amerika.
Nah, apakah negara kita sedang ada konflik dengan negara lain? Jawabnya: TIDAK.
Listrik padam dan bertanya pada pengamat terorisme-pasti jawabnya tidak akan jauh dari yang namanya unsur sabotase dan ulah hecker. Kalau listrik mati atau padam-harusnya bertanya pada ahli listrik, dalam hal ini dari akedemisi yang benar-benar tahu tentang jaringan listrik, pasti jawabnya lebih mencerahkan kepada masyarakat yang awam dengan jaringan listrik.
Padahal pihak PLN sudah memberi keterangan, bahwa matinya listrik penyebabnya tidak tunggal. Artinya bukan karena pohon Sengon saja. Bisa jadi itu hanya pemicu saja. Karena jaringan listrik kalau rusak atau mati-akan terjadi efek domino yang saling terkait. Kalau kalau diibaratkan penyakit-karena komplikasi.
Dikiranya kalau jaringan listrik mati, untuk memperbaikinya bisa cepat dan tidak perlu menunggu berjam-jam lamanya. Seperti mindahin dari listrik ke genset. Tidak seperti itu mas Bro.
Sebagai misal Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), namanya saja tenaga uap, tentu perlu dipanaskan dulu. Tapi memanaskan Pembangkit Listrik Tenaga Uap itu tidak seperti memanaskan air untuk bikin kopi atau teh yang hanya butuh waktu 5 atau 10 menit. Untuk memanaskan Pembangkit Listrik Tenaga Uap perlu waktu 7 sampai 8 jam. Baru setelah itu bisa dihidupkan. Semua perlu waktu dan proses. Seperti kata presiden Jokowi setiap menanggapi keluhan dari masyarakat.
Saya punya cerita: Lokasi Cikutra dekat C-59 Bandung.
Saya pernah menyaksikan sendiri, waktu PLN mengganti Transformator (Trafo) di perumahan atau kost yang saya tempati. Kejadiannya belum ada setahun. Di depan kost yang saya tempati ada Gardu Listrik dan ada dua Trafo-nangkring di atas diantara dua tiang listrik. Sepertinya ukuran 20 kV. Dan posisinya di tengah perempatan perumahan dan dipagar besi.
Waktu itu habis Subuh-Trafo itu meledak sangat keras. Dan listrik langsung mati di perumahan itu. Saya langsung keluar dan mencari sumber ledakan tersebut dan memastikan sumber ledakan tersebut dari mana berasal. Saya kalau ada mati listrik biasanya panik karena ya itu tadi-melihara ikan yang tergantung dengan aliran listrik.
Tidak sampai 30 menit petugas PLN dengan membawa mobil datang memeriksa gardu listrik tersebut. Termasuk cepat penanganannya. Saya langsung nyamperin dan bertanya pada petugas tersebut.
"Pak maaf, lama gak mati listrik-nya," tanya saya.
"Wah,ini lama pak karena ada jaringan yang rusak," kata petugas PLN.
Tujuan saya menanyakan itu ada kaitannya sama ikan dua kolam yang saya pelihara yang mengandalkan filter air. Artinya kalau lama saya harus cari solusi. Dan waktu itu juga pas hari libur antara Sabtu atau Minggu.
Akhirnya saya dan ibu kost mendatangi rumah tetangga belakang rumah yang tidak mati lampu karena ternyata beda Gardu atau jaringan listriknya beda. Dan ngulur kabel sepanjang 15 meter untuk bisa sampai di kolam. Selamatlah ikan saya dari kematian.
Ternyata lamanya mati lampu yang mencapai 8 jam dari habis Subuh dan menjelang Ashar baru selasai atau beres karena harus mengganti Trafo. Dan berat Trafo untuk ukuran 20 kV itu mencapai 1 ton lebih. Saya melihat sendiri waktu untuk menurunkan Trafo dari atas ke bawah. Untuk mebuka mur-baut dan kabel saja sudah makan waktu lama. Belum waktu mau menurunkan dan menaikkan kembali dengan Trafo yang baru. Sekalipun ada alat khusus untuk menaikkan dan menurunkan Trafo tersebut. Di bawah terik panas matahari pegawai PLN itu tetap semangat.
Dan penyebab atau dugaan meledaknya Trafo itu karena pohon Matoa yang ada disebelah Trafo tersebut. Memang banyak kabel listrik yang berada di tengah-tengah rimbunya pohon Matoa itu. Yang punya pohon Matoa juga masa bodoh sepertinya tidak pernah memangkas pohon tersebut. Pak RT juga tidak berani menegur karena ia pengacara.
Berkaca dari pengalaman tersebut, saya percaya bahwa jaringan listrik itu rentan dengan gesekan atau sentuhan pepohonan. Sekilas nampak sepele, tapi faktanya seperti itu.
Dan Ternyata di London, Inggris pada hari Jumat 9 Agustus 2019 juga terjadi padamnya listrik di beberapa kota yang menyebabkan matinya sistem transportasi bawah tanah dan matinya rambu-rambu lalu-lintas. Juga menyebakan kekacauan atau kepanikan. Dan juga berjam-jam mati lampunya. Penyebabnya tidak berfungsinya dua generator.
Tapi di London, Perdana Menterinya tidak mendatangani kantor listrik negara sambil minta penjelasan.
Mari kita tunggu hasil investigasi dari Mabes Polri dan PLN, apa sebenarnya penyebab padamnya listrik pada hari Minggu itu, apakah karena persoalan teknis atau ada unsur sabotase atau perentasan?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews