Jangan biarkan keajaiban menjadi titik buta.
Poin-Poin Penting
Sebagian besar dari kita cukup nyaman dengan berpegang pada harapan bahwa pekerjaan yang kita lakukan berkontribusi pada pencarian makna seumur hidup kita. Lebih jauh, bagian utama dari teka-teki makna adalah nilai yang kita tempatkan dalam hubungan antarpribadi yang muncul dari kemitraan kooperatif kita, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional kita. Tetapi yang sama pentingnya untuk membangun hubungan saling percaya dalam pekerjaan yang bermakna adalah sesekali mengalami keajaiban yang membangkitkan rasa kagum. Sayangnya, mengejar keajaiban cenderung menjadi titik buta di sebagian besar lingkungan kerja. Ini adalah kesalahan, yang menghambat kemampuan kita untuk memaksimalkan kebahagiaan dan produktivitas.
Apa Itu Keajaiban?
Abraham Joshua Heschel, Rabi yang berbaris bersama Martin Luther King di Selma, menyesalkan bahwa dengan kemajuan teknologi dan kemajuan sosial, rasa heran kolektif kita menurun. Untuk memotivasi perubahan arah, Heschel menegaskan, "Awal kebahagiaan kita terletak pada pemahaman bahwa hidup tanpa keajaiban tidak layak dijalani." Saya akan menambahkan bahwa pekerjaan tanpa rasa heran tidak layak dilakukan.
Para peneliti mengidentifikasi pengalaman perasaan heran yang positif sebagai respons terhadap persepsi yang melampaui kerangka acuan kita saat ini. Dengan kata lain, perasaan heran muncul ketika kemampuan kita yang ada untuk menjelaskan dengan rapi apa yang kita lihat mengecewakan kita. Keajaiban adalah pengalaman singkat tentang dunia yang membuat kita tahu secara konkret betapa sedikitnya yang kita ketahui. Ini adalah indikator bahwa kerangka mental kita telah dihancurkan oleh konten baru yang kita coba masukkan. Keajaiban datang dari pengakuan bahwa kita adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Penelitian baru-baru ini telah sampai pada kesimpulan yang agak mengejutkan: bahwa perasaan takjub mengarahkan perhatian kita pada entitas "gambaran besar" dalam kehidupan. Ini mendorong kita untuk berpikir lebih banyak tentang dimensi kolektif identitas kita, dan lebih sedikit tentang signifikansi yang cenderung kita lekatkan pada masalah dan tujuan pribadi. Sementara beberapa dari kita mungkin menganggap temuan ini agak jelas, namun hal itu membawa legitimasi ilmiah pada pemahaman tradisional bahwa perasaan spiritual dapat menjadi transformatif.
Pengalaman keajaiban mengubah cara kita berpikir tentang diri kita sendiri dan tempat kita di dunia. Sensasi sementara ini mengalihkan perhatian jangka panjang kita ke ide-ide yang lebih besar dan keterikatan yang lebih dalam. Ini mengurangi kekuatan bias kita terhadap keserakahan dan keegoisan. Pergeseran ini sangat penting untuk memungkinkan jenis kerja sama transformatif yang diperlukan agar lebih bahagia dan lebih produktif dalam pekerjaan kita.
Memperbaiki yang Rusak
Seorang mantan eksekutif Google menjelaskan bagaimana keajaiban memainkan peran penting dalam budaya teknologi, dan karyawan Google didorong untuk membiarkan rasa ingin tahu mereka menjadi pendorong pekerjaan mereka. Tetapi pemikiran yang membawa mereka ke sana sesederhana dan mendalam: ada yang rusak, mari kita perbaiki.
Ini menggemakan pertanyaan Rabi Menachem Mendel Schneerson, cendekiawan karismatik dan pemimpin spiritual dari salah satu sekte Hasid kontemporer terbesar, bersikeras agar para pengikutnya bertanya pada diri sendiri: "Mengapa benda rusak ini datang ke duniamu?"
Perasaan spiritual mengarah pada motivasi untuk memperbaiki sesuatu. Ini penuh harapan, menunjukkan ketidakpuasan dengan status quo, dan mendorong ketahanan. Perasaan heran sama pentingnya dengan makna dan koneksi, bahkan jika kita tidak selalu memperhatikannya ketika kita mengalaminya.
Prekursor utama keajaiban adalah memahami sesuatu yang mengacaukan kerangka mental kita. Ini mengganggu kepercayaan diri kita pada sistem yang kita andalkan untuk menyimpulkan makna. Meskipun bukan tanpa risiko, kesadaran spiritual dapat membuat kehidupan kerja pascapandemi kita menjadi renaisans, dan bukan kembali ke kesibukan.
***
Solo, Sabtu, 9 April 2022. 3:19 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews