Organisasi mengikuti praktik tertentu yang tidak sering dibahas tetapi dipahami sendiri. Aturan tersebut membentuk tingkat ketiga dari budaya organisasi.
Istilah "Budaya organisasi" mengacu pada nilai-nilai dan keyakinan organisasi. Prinsip-prinsip, ideologi serta kebijakan yang diikuti oleh suatu organisasi membentuk budayanya. Ini adalah budaya tempat kerja yang menentukan cara individu berinteraksi satu sama lain dan berperilaku dengan orang-orang di luar perusahaan.
Karyawan harus menghormati budaya organisasi mereka agar mereka dapat memberikan level terbaik dan menikmati pekerjaan mereka. Masalah muncul ketika individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan budaya kerja baru dan dengan demikian merasa kehilangan motivasi dan enggan untuk tampil.
Siapa Edgar Schein?
Edgar Henry Schein lahir pada tahun 1928 adalah seorang profesor terkenal di MIT Sloan School of Management yang telah belajar secara ekstensif di bidang manajemen organisasi.
Edgar Schein model budaya organisasi
Menurut Edgar Schein - Organisasi tidak mengadopsi budaya dalam satu hari, melainkan terbentuk pada waktunya sebagai karyawan melalui berbagai perubahan, beradaptasi dengan lingkungan eksternal dan memecahkan masalah.
Mereka mendapatkan dari pengalaman masa lalu mereka dan mulai mempraktikkannya setiap hari sehingga membentuk budaya tempat kerja. Karyawan baru juga berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan budaya baru dan menikmati kehidupan yang bebas stres.
Schein percaya bahwa ada tiga tingkatan dalam budaya organisasi.
1. Artefak
Tingkat pertama adalah karakteristik organisasi yang dapat dengan mudah dilihat, didengar, dan dirasakan oleh individu secara kolektif yang dikenal sebagai artefak. Aturan berpakaian karyawan, perabot kantor, fasilitas, perilaku karyawan, misi dan visi organisasi semuanya berada di bawah artefak dan sangat menentukan budaya tempat kerja.
Organisasi A
Organisasi B
Dalam kasus di atas, karyawan di organisasi A mengenakan pakaian yang memancarkan profesionalisme dan secara ketat mengikuti kebijakan organisasi. Di sisi lain, karyawan di organisasi B memiliki sikap santai dan tidak serius dalam bekerja. Organisasi A mengikuti budaya profesional yang ketat sedangkan Organisasi B mengikuti budaya yang lemah di mana karyawan tidak menerima hal-hal dengan sukarela.
2. Nilai
Tingkatan selanjutnya menurut Schein yang merupakan budaya organisasi adalah nilai-nilai karyawan. Nilai-nilai individu yang bekerja dalam organisasi memainkan peran penting dalam menentukan budaya organisasi. Proses berpikir dan sikap karyawan memiliki dampak yang mendalam pada budaya organisasi tertentu. Apa yang menurut orang sangat penting bagi organisasi? Pola pikir individu yang terkait dengan organisasi tertentu memengaruhi budaya tempat kerja.
3. Nilai Asumsi
Tingkat ketiga adalah nilai-nilai yang diasumsikan dari karyawan yang tidak dapat diukur tetapi membuat perbedaan pada budaya organisasi. Ada keyakinan dan fakta tertentu yang tetap tersembunyi tetapi mempengaruhi budaya organisasi. Aspek batin dari sifat manusia berada di bawah tingkat ketiga budaya organisasi.
Organisasi di mana pekerja perempuan mendominasi rekan laki-laki mereka tidak percaya pada posisi terlambat karena perempuan tidak terlalu nyaman dengan budaya semacam itu. Karyawan laki-laki di sisi lain akan lebih agresif dan tidak akan memiliki masalah dengan jam kerja yang terlambat. Organisasi mengikuti praktik tertentu yang tidak sering dibahas tetapi dipahami sendiri. Aturan tersebut membentuk tingkat ketiga dari budaya organisasi.
***
Solo, Senin, 5 Juli 2021. 12:52 pm
'salam sehat penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews