Bulan april 2021 ada uji coba sekolah tatap muka (offline). Dalam tahap percobaan ini, dilihat apakah nantinya kasus covid melonjak atau justru menurun.
Sekolah online yang dijalankan selama setahun ini ternyata memiliki beberapa kelemahan. Sehingga sekolah secara langsung diharap bisa segera diselenggarakan di seluruh Indonesia.
Terhitung sejak maret 2020 alias 12 bulan, anak-anak melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Mereka belajar dari rumah karena sekolah adalah salah satu klaster corona baru. Kelas diadakan via Zoom dan beberapa aplikasi lain, dan murid-murid harus berpuas diri menyimak ajaran guru dari gawainya masing-masing, serta mengerjakan PR di rumah.
Rencananya, sekolah akan dibuka bulan Juli 2021 alias di tahun ajaran baru, tetapi ternyata pelaksanaannya dipercepat. Pada bulan april ini, di sejumlah kota/kabupaten di jawa Tengah, sudah dibuka lagi meski dalam tahap uji coba. Pembukaan sekolah ini juga dimaksudkan agar murid-murid tidak terlalu ketinggalan pelajaran, karena pembelajaran secara online dinilai kurang efektif.
Akan tetapi, pembukaan sekolah harus sesuai dengan prosedur. Presiden Jokowi mengingatkan para kepala daerah yang ingin membuka kembali kegiatan sekolah tatap muka untuk memperhatikan kondisi covid-19 di daerahnya. Ketika ada kenaikan kasus corona, maka kegiatan ini harus dihentikan. Selain itu, tatap muka juga terbatas alias jumlah murid yang datang maksimal 50% kapasitas kelas.
Pesan dari presiden amat penting, karena kesehatan anak-anak lebih diutamakan. Apalagi mereka yang masih berada di bangku TK dan SD. Anak-anak itu lebih rentan kena corona, apalagi belum ada pemberitahuan apakah mereka bisa mendapatkan vaksin covid. Karena rata-rata vaksin yang ada di Indonesia diberikan untuk warga berusia minimal 12 tahun.
Presiden Jokowi menambahkan, tiap kepala daerah harus melakukan 3T dengan intensif (testing, tracing, dan treatmnent). Sehingga tiap pasien corona didata dan diusahakan agar tidak menular ke banyak orang. Zona oranye diusahakan agar menjadi hijau. Dalam artian, semua usaha ini dlakukan agar pandemi segera berakhir.
Pembukaan sekolah juga wajib mematuhi protokol kesehatan. Selain membatasi jumlah murid yang masuk, semua orang (murid dan guru) juga wajib pakai masker, bukan hanya face shield. Semua orang yang datang ke sekolah wajib mencuci tangan dan membawa hand sanitizer, serta tidak berkerumun. Murid-murid dilarang bermain di lapangan sambil bergerombol.
Selain itu, jam sekolah juga diatur agar tidak terlalu lama. Karena jika sekolah sampai sore seperti biasa, anak-anak takut kecapekan dan akhirnya imunitasnya drop dan mudah kena corona. Jika mereka sekolah hingga siang atau sore pasti kelaparan dan membuka bekal. Di situ bahayanya, karena membuka masker secara otomatis dan bisa terkena droplet dari OTG, dan tertular corona.
Protokol kesehatan yang ketat diberlakukan dan ada satu lagi syarat untuk membuka sekolah, yakni vaksinasi para guru. Mereka harus mendapatkan suntikan vaksin Sinovac terlebih dahulu, baru diperbolehkan mengajar.
Selain menghindarkan dari penularan ke banyak murid, guru lebih beresiko tinggi kena corona, karena mobilitasnya juga cukup tinggi.
Pembukaan sekolah pasca school at home merupakan angin segar bagi orang tua, karena mereka merasa kepayahan saat mengajari anaknya sendiri. Apalagi jika sang ibu adalah wanita karir, tidak bisa 100% mendampingi anak belajar di rumah. Sehingga ketika sekolah dibuka lagi, mereka bersorak gembira.
Uji coba sekolah tatap muka di beberapa wilayah di Indonesia harus mematuhi protokol kesehatan, seperti wajib pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Murid-murid tidak boleh bergerombol, oleh karena itu masuk kelasnya bergantian, agar daya tampung di kelas maksimal 50%. Semoga setelah sekolah dibuka, anak-anak makin cerdas dan tidak ada yang kena corona.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews