Bahasa Tulis [4] tentang "Tea Bag Story"

Kita dikenalkan genre baru prosa fiksi terpendek. Sebuah gagasan brilian yang menjawab kebutuhan zaman. Ketika orang makin tergesa, tidak punya banyak waktu, serbacepat.

Sabtu, 27 Juni 2020 | 16:28 WIB
0
334
Bahasa Tulis [4] tentang "Tea Bag Story"
Tea bag (Foto: Flashback.com)

Menulis kreatif salah satu industri yang berkembang di era digital. Seiring perkembangan masyarakat dan zaman, karya sastra berkembang juga. Genre kepenulisan pun tak luput dari penyesuaian.

Turut larut dalam perubahan itu, apa yang disebut "content" dalam bingkai teori media, yakni: tools, content, society, and industry.

Salah satu content media, yakni genre tulisan fiksi. Cerpen, selama ini, dianggap jenis kisahan prosa paling pendek: habis dibaca sekali duduk, menurut Edgar Allan Poe.

Namun, kini muncul genre tulisan fiksi yang lebih pendek, bahkan sangat pendek lagi. Diperkenalkan penulis kondang dari Sri Lanka, Ashok Ferrey.

"Memang, secara teknis novelet atau novel lebih menantang. Bukan saja bagi penulis, melainkan bagi pembaca dan penikmatnya. Sebab butuh waktu khusus membaca dan," katanya. Ia mendorong mikro-fiksi, yang lebih pendek lagi, agar populer.

Kisahan mahasingkat, namun bernas itu, disebut "tea bag story." Ketika kita menikmati hidangan secangkir, atau sepoci, teh; selama itu pula kita bisa menikmati kisahan padat berisi.

Apakah yang dimaksudkan dengan cerita pendek (cerpen)? Banyak definisi tentangnya. Namun, semua sepakat bahwa cerpen habis dibaca sekali duduk, pelaku cerita tidak banyak, dan kisahannya tidak kompleks.

Edgar Allan Poe, cerpenis hebat sejagad menyebut cerpen sebagai "prose tales and could be read in a single sitting” (kisahan prosa yang dibaca dalam tempo sekali duduk). Rata-rata orang sanggup duduk manis maksimal 15 menit, sehingga “sekali duduk” setara 5-7 halaman.

Apabila satu halaman terdiri atas rata-rata 335 kata maka panjang sebuah cerpen antara 1. 675 – 2.345 kata. Panjang cerpen ini hampir sama seperti yang ditulis Wikipedia bahwa cerpen “…no longer than 20,000 words and no shorter than 1,000.”

Tentu saja, senantiasa diperbarui perkembangan setiap genre tulisan fiksi. Selama ini, cerpen adalah karya prosa fiksi terpendek. Nanti, bukan lagi cerpen. Tetapi Tea Bag Story, atau disingkat: TB Story. Yakni kisahan fiksi yang habis dibaca sembari minum teh.

Tentu itu peristilahan. Sebab, biasanya, minum teh tidak lama. Yang lama: bincang dan ngobrolnya jika diminum bersama orang lain. Tetapi jika minum sendiri, paling kurang 5 menit selesai.

Meski demikian, kita dikenalkan genre baru prosa fiksi terpendek. Sebuah gagasan brilian yang menjawab kebutuhan zaman. Ketika orang makin tergesa, tidak punya banyak waktu, serbacepat, bahkan serbainstan.

Maka TB Story solusi bagi penyuka sastra, mikro-sastra. Tentu tantangannya ada pada penulisnya yang harus mahir memadatkan kata. Tidak mengulur-ulur peristiwa. Bahkan, opening dan endingTB Story bisa sangat berbeda dengan Cerpen.

Bisa jadi, klimaksnya ada di muka.Tidak lagi berstruktur. Ia zig zag, sesuai gaya hidup zamannya. Yang pasti, tokoh TB Story tidak banyak. Alur kisahannya, atau peristiwanya, pasti akan tunggal. Jika 50 atau lebih, TB Story dapat dikumpulkan. Dapat dipilah-pilah per topik.

Buku kumpulan cerpen (K.C.) sudah biasa. Namun, buku kumpulan TB Story belum ada. Siapa hendak mulai?

***

Tulisan sebelumnya: Bahasa Tulis [3] "Writer's Block" dan 17 Kiat Mengatasinya