Kita dikenalkan genre baru prosa fiksi terpendek. Sebuah gagasan brilian yang menjawab kebutuhan zaman. Ketika orang makin tergesa, tidak punya banyak waktu, serbacepat.
Menulis kreatif salah satu industri yang berkembang di era digital. Seiring perkembangan masyarakat dan zaman, karya sastra berkembang juga. Genre kepenulisan pun tak luput dari penyesuaian.
Turut larut dalam perubahan itu, apa yang disebut "content" dalam bingkai teori media, yakni: tools, content, society, and industry.
Salah satu content media, yakni genre tulisan fiksi. Cerpen, selama ini, dianggap jenis kisahan prosa paling pendek: habis dibaca sekali duduk, menurut Edgar Allan Poe.
Namun, kini muncul genre tulisan fiksi yang lebih pendek, bahkan sangat pendek lagi. Diperkenalkan penulis kondang dari Sri Lanka, Ashok Ferrey.
"Memang, secara teknis novelet atau novel lebih menantang. Bukan saja bagi penulis, melainkan bagi pembaca dan penikmatnya. Sebab butuh waktu khusus membaca dan," katanya. Ia mendorong mikro-fiksi, yang lebih pendek lagi, agar populer.
Kisahan mahasingkat, namun bernas itu, disebut "tea bag story." Ketika kita menikmati hidangan secangkir, atau sepoci, teh; selama itu pula kita bisa menikmati kisahan padat berisi.
Apakah yang dimaksudkan dengan cerita pendek (cerpen)? Banyak definisi tentangnya. Namun, semua sepakat bahwa cerpen habis dibaca sekali duduk, pelaku cerita tidak banyak, dan kisahannya tidak kompleks.
Edgar Allan Poe, cerpenis hebat sejagad menyebut cerpen sebagai "prose tales and could be read in a single sitting” (kisahan prosa yang dibaca dalam tempo sekali duduk). Rata-rata orang sanggup duduk manis maksimal 15 menit, sehingga “sekali duduk” setara 5-7 halaman.
Apabila satu halaman terdiri atas rata-rata 335 kata maka panjang sebuah cerpen antara 1. 675 – 2.345 kata. Panjang cerpen ini hampir sama seperti yang ditulis Wikipedia bahwa cerpen “…no longer than 20,000 words and no shorter than 1,000.”
Tentu saja, senantiasa diperbarui perkembangan setiap genre tulisan fiksi. Selama ini, cerpen adalah karya prosa fiksi terpendek. Nanti, bukan lagi cerpen. Tetapi Tea Bag Story, atau disingkat: TB Story. Yakni kisahan fiksi yang habis dibaca sembari minum teh.
Tentu itu peristilahan. Sebab, biasanya, minum teh tidak lama. Yang lama: bincang dan ngobrolnya jika diminum bersama orang lain. Tetapi jika minum sendiri, paling kurang 5 menit selesai.
Meski demikian, kita dikenalkan genre baru prosa fiksi terpendek. Sebuah gagasan brilian yang menjawab kebutuhan zaman. Ketika orang makin tergesa, tidak punya banyak waktu, serbacepat, bahkan serbainstan.
Maka TB Story solusi bagi penyuka sastra, mikro-sastra. Tentu tantangannya ada pada penulisnya yang harus mahir memadatkan kata. Tidak mengulur-ulur peristiwa. Bahkan, opening dan endingTB Story bisa sangat berbeda dengan Cerpen.
Bisa jadi, klimaksnya ada di muka.Tidak lagi berstruktur. Ia zig zag, sesuai gaya hidup zamannya. Yang pasti, tokoh TB Story tidak banyak. Alur kisahannya, atau peristiwanya, pasti akan tunggal. Jika 50 atau lebih, TB Story dapat dikumpulkan. Dapat dipilah-pilah per topik.
Buku kumpulan cerpen (K.C.) sudah biasa. Namun, buku kumpulan TB Story belum ada. Siapa hendak mulai?
***
Tulisan sebelumnya: Bahasa Tulis [3] "Writer's Block" dan 17 Kiat Mengatasinya
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews