Kata-kata dalam irama yang mistis bisa menjadi sebaris mantera. Karena pilihan kata punya daya magis sendiri. Satu kata bisa memuliakan, kata lain bisa menistakan, tapi artinya sama saja.
Saya tak tahu semenjak kapan pencuri uang milik bersama disebut koruptor. Tapi saya tahu, daya gedor kata pencuri lebih keras dari kata koruptor.
Bayangkanlah perbedaan dari dua kalimat tentang orang yang sama: "Ia bekas terpidana kasus korupsi" dan "Ia pernah dipenjara karena mencuri".
Di mana letak perbedaannya? Di kepala khalayak pembaca, di benak rakyat banyak.
Perbedaannya yang nyata tampak pula di tayangan berita televisi. Seorang yang disebut koruptor masih bisa berdandan lalu berjalan melintasi kerumunan wartawan, melempar senyum sembari melambaikan tangan yang pada jemarinya melingkar cincin batu mulia.
Sementara seorang pencuri tampak kotor dan bengap, mata yang sembab, dan mimik yang sungguh nista. Tak jarang ia terlihat duduk di lantai sejajar dengan tumit orang-orang merasa suci yang mengelilinginya.
Padahal, keduanya sama: mengambil yang bukan miliknya. Tapi koruptor menempati kasta di atas pencuri. Bekas koruptor tak sehina bekas pencuri.
Kalau saja koruptor disebut pencuri saja dengan sederhana, saya kira mereka -- mungkin di antaranya adalah orang-orang yang saya kenal dekat, maaf -- tak kan leluasa wara-wiri di hadapan publik sekeluar dari penjara. Apalagi kembali jadi pejabat atau jadi wakil rakyat. Tapi mereka hanya bekas koruptor, bukan orang yang pernah mencuri.
Arti bisa sama tapi rasa bahasa yang berbeda terlihat juga di padanan kata miskin. Halusnya, kurang sejahtera. Kasarnya, kere atau melarat.
Mungkin ini pula yang terjadi pada keriuhan kita seharian ini soal kata-kata "mudik dan pulang kampung". Tujuan perjalanan sama, suasana hati yang berbeda. Arti katanya sama, cita rasanya lain.
Kalau mau disebut masalah, ini hanya soal cita rasa berbahasa.
Ketika pelacur dan sundal mendapatkan julukan PSK (Pekerja Seks Komersial) gelandangan dan pengemis disebut PMS (Penyandang Masalah Sosial), saat itulah makna kata menjadi kabur, istilah telah menihilkan nilai dalam kata. Di kasus ini, rasa tumpul karena bahasa, daya ingat memudar karena penyingkat.
Mungkin itu sebabnya, kata-kata dalam irama yang mistis bisa menjadi sebaris mantera. Karena pilihan kata punya daya magis sendiri. Satu kata bisa memuliakan, kata lain bisa menistakan, tapi artinya sama saja.
Selamat sore ...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews