Alkisah, gara-gara peristiwa Malari, selain para aktivis mahasiswa, sejumlah tokoh yang sering disebut sebagai "orang PSI", juga ikut kena garuk. Salah satunya adalah Rahman Tolleng.
Siang itu, sesudah ditahan selama 16 bulan di Rumah Tahanan Militer (RTM) Boedi Oetomo, Tolleng kembali diinterogasi petugas. Pertanyaan yang diajukan masih tetap sama dengan ketika ia pertama kali dijebloskan ke tempat itu.
"Saudara kenal dengan Hariman Siregar?" tanya petugas.
"Tidak, saya tidak kenal," jawab Rahman, tegas.
"Anda yakin tidak kenal Hariman Siregar?" petugas menyelidik.
"Saya memang tidak kenal Saudara Hariman," kelit Tolleng.
Dialog semacam itu berlangsung berulang-ulang.
Waktu itu ruang pemeriksaan di RTM Boedi Oetomo terletak di bagian depan. Setiap orang yang keluar masuk ke tempat itu bisa melihat dengan jelas mereka yang ada di ruang pemeriksaan.
Berkali-kali didesak petugas, Rahman Tolleng tetap konsisten dengan jawabannya, "Saya tidak kenal Saudara Hariman."
Ketika Tolleng sedang diinterogasi itulah, tiba-tiba saja Hariman melintas di depan ruang pemeriksaan dikawal oleh petugas. Ia baru saja pulang dari rumah sakit. Pura-pura sakit memang merupakan modus lazim para tahanan agar mereka bisa sesaat menghirup udara luar.
Melihat Tolleng ada di ruang pemeriksaan, tanpa rasa curiga dan bersalah, sontak Hariman berteriak.
"Halo, Bos!" sapanya pada Tolleng.
Menyaksikan gaya tengil Hariman tersebut, Rahman Tolleng hanya bisa termangu.
"Anjiiiiing nih anak," barangkali begitulah rutuknya dalam hati.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews