Jangankan meraba-raba tubuh perempuan, menggoda/meneriaki perempuan secara verbal dengan kata-kata yang jorok pun bisa dilaporkan sebagai pelecehan seksual.
Tahun 1970an, sekitar masa kuliah saya dulu, istilah "pelecehan seksual" belum ada. Tapi bukan berarti tidak ada pelecehan seksual pada zaman itu. Mungkin malah sama banyaknya dengan zaman sekarang. Hanya pada zaman itu, masyarakat enggan buka suara dan hanya bisik-bisik di antara teman-teman.
Model dosen/guru yang menggeniti mahasiswa yang cantik sudah ada pada zaman saya kuliah dulu. Tatkala memberikan kuliah, dengan pura-pura ingin memberikan pertanyaan, dia mendekat ke bangku mahasiswi yang cantik. Di remas-remanya tangan mahasiswi ini dengan gaya kebapakan.
Itu kalo di ruang kuliah. Masih ada kelanjutannya. Pada saat ujian, mahasiswi yang cantik ini dibuat tidak lulus mata kuliahnya dan diharuskan her (ujian ulangan) di rumahnya. Entah kenapa tidak ada yang protes mengapa ujian her kok bukan di kampus, tapi di rumah si dosen itu.
Dan kita bisa membayangkan bebasnya tangan dosen ini "groping" (menggerayangi) mahasiswi ini. Dan modus pemerasannya sama seperti yang dilakukan Julianto Eka Putra kepada siswanya: Kalo kamu mau lulus, kamu harus ikhlas saya raba-rabs. Bahasa kasarnya begitu.
Selain di institusi pendidikan, habitat yang sangat empuk dan menggiurkan bagi predator seksual adalah di ruang praktek dokter. Di masa saya kuliah dulu, terkenal ada dokter yang hobi gerayang-gerayang anggota tubuh pasien wanita yang cantik dan seksi. Prakteknya tidak jauh dari tempat kos saya.
Wewenang dokter memang untuk menyuruh pasiennya buka baju (dan juga buka celana). Dan wewenang dokter juga untuk meraba-raba karena itu bagian dari domain dokter untuk menegakkan diagnosis.
Jadi, di zaman saya itu tidak ada pasien yang melaporkan ke polisi karena dileceh secara seksual. Paling-paling mereka hanya berbisik-bisik di antara teman-teman dekat bahwa dokter X itu genit ('kanji' bahasa Palembangnya). Yang seharusnya tidak perlu buka BH, disuruhnya buka olehnya.
Zaman sekarang kesadaran publik tentang pelecehan seksual sudah sangat tinggi. Jangankan meraba-raba tubuh perempuan, menggoda/meneriaki perempuan secara verbal dengan kata-kata yang jorok pun bisa dilaporkan sebagai pelecehan seksual.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews