Profesi yang Rentan Pelecehan Seksual

Jangankan meraba-raba tubuh perempuan, menggoda/meneriaki perempuan secara verbal dengan kata-kata yang jorok pun bisa dilaporkan sebagai pelecehan seksual.

Minggu, 17 Juli 2022 | 06:52 WIB
0
180
Profesi yang Rentan Pelecehan Seksual
Ilustrasi pelecehan (Foto: kompas.com)

Tahun 1970an, sekitar masa kuliah saya dulu, istilah "pelecehan seksual" belum ada. Tapi bukan berarti tidak ada pelecehan seksual pada zaman itu. Mungkin malah sama banyaknya dengan zaman sekarang. Hanya pada zaman itu, masyarakat enggan buka suara dan hanya bisik-bisik di antara teman-teman. 

Model dosen/guru yang menggeniti mahasiswa yang cantik sudah ada pada zaman saya kuliah dulu. Tatkala memberikan kuliah, dengan pura-pura ingin memberikan pertanyaan, dia mendekat ke bangku mahasiswi yang cantik. Di remas-remanya tangan mahasiswi ini dengan gaya kebapakan.

Itu kalo di ruang kuliah. Masih ada kelanjutannya. Pada saat ujian, mahasiswi yang cantik ini dibuat tidak lulus mata kuliahnya dan diharuskan her (ujian ulangan) di rumahnya. Entah kenapa tidak ada yang protes mengapa ujian her kok bukan di kampus, tapi di rumah si dosen itu.

Dan kita bisa membayangkan bebasnya tangan dosen ini "groping" (menggerayangi) mahasiswi ini. Dan modus pemerasannya sama seperti yang dilakukan Julianto Eka Putra kepada siswanya: Kalo kamu mau lulus, kamu harus ikhlas saya raba-rabs. Bahasa kasarnya begitu. 

Selain di institusi pendidikan, habitat yang sangat empuk dan menggiurkan bagi predator seksual adalah di ruang praktek dokter. Di masa saya kuliah dulu, terkenal ada dokter yang hobi gerayang-gerayang anggota tubuh pasien wanita yang cantik dan seksi. Prakteknya tidak jauh dari tempat kos saya.

Wewenang dokter memang untuk menyuruh pasiennya buka baju (dan juga buka celana). Dan wewenang dokter juga untuk meraba-raba karena itu bagian dari domain dokter untuk menegakkan diagnosis.

Jadi, di zaman saya itu tidak ada pasien yang melaporkan ke polisi karena dileceh secara seksual. Paling-paling mereka hanya berbisik-bisik di antara teman-teman dekat bahwa dokter X itu genit ('kanji' bahasa Palembangnya). Yang seharusnya tidak perlu buka BH, disuruhnya buka olehnya. 

Zaman sekarang kesadaran publik tentang pelecehan seksual sudah sangat tinggi. Jangankan meraba-raba tubuh perempuan, menggoda/meneriaki perempuan secara verbal dengan kata-kata yang jorok pun bisa dilaporkan sebagai pelecehan seksual.

***