berjuang di Suriah itu lebih mungkin untuk mewujudkan negara khilafah daripada bermimpi mengubah Pancasila jadi khilafah.
Pengusung khilafah itu ada dua yang paling dikenal yaitu HTI dan ISIS. HTI lebih suka cara dakwah dengan membuat organisasi dan cuci otak untuk mengubah sebuah negara menjadi khilafah.
Organisasi dengan tujuan merubah dasar negara, negara manapun pasti menolak kehadirannya. Dan terbukti cita-cita HT tak pernah terwujud karena pasti dimatikan oleh pemerintah manapun.
Sedangkan ISIS memilih dengan perang. Ciri-ciri perjuangan khilafah adalah tidak mau dibatasi garis negara. Makanya Suriah dan Irak batasnya nggak dianggap. Mereka maunya lintas negara. Pendukungnya pun bukan hanya dari Irak dan Suriah melainkan dari Afghanistan dan pendukung mabuk agama seperti dari Indonesia itu.
Nah, dengan cara perang ini, sebenarnya akan lebih masuk akal untuk mewujudkan pemerintahan khilafah. Begitu menang lawan pemerintah resmi Suriah dan Irak, maka negara khilafah akan bisa langsung dibentuk.
Maka dari itu saya bilang bahwa berjuang di Suriah itu lebih mungkin untuk mewujudkan negara khilafah daripada bermimpi mengubah Pancasila jadi khilafah.
So, silakan yang pengen negara khilafah, segera berangkat ke Suriah saja. Bantulah ISIS.... Itu perjuangan yang nyata buat Anda yang ingin khilafah.
Buktikan bahwa setelah terbentuk khilafah, hidup Anda damai, mulia, maju, adil dan sejahtera. Kita juga pengen lihat apa benar memilih pemimpin di pemerintah khilafah itu tidak ada saling bunuh. Coba tunjukkan pada kami.
Segera berangkat dan bakar paspor Anda seperti 600 pejuang yang sudah lebih dulu berangkat.
Ayo saya dukung untuk berangkat bagi yang belum berangkat daripada kami harus mikir memulangkan yang 600 itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews