Dalam Ihya Ulumuddin, al-Ghazali masih melibatkan logika. Tapi ketika mengubur filsafat dalam Thahafut al- falasifah, ia membelakangi ilmu pengetahuan dan sebab itu banyak sarjana muslim menuduhnya penyebab kejumudan dalam islam.
Al-Ghazali punya andil besar terhadap bekunya ijtihad dalam pemikiran islam yang imbasnya masih terasa hingga sekarang, begitu sering kita dengar. Di usianya yang senja ia berbalik menekuni jalan sufistik, berharap bisa menyatu dengan Tuhan. Dalam Thahafut at-Thahafut, Ibnu Rusyd mengeritik habis-habisan sesat nalar Ghazali yang menolak filsafat.
Adalah Muhammad Iqbal memilih jalan berbeda. Penyair, politisi dan filsuf besar abad ke-20 kelahiran Sialkot, Punjab, India, di masa mudanya menekuni sufistik namun kemudian terlibat intens dengan filsafat. Iqbal tak memilih jalan penyatuan dengan Tuhan seperti Ghazali. Sebaliknya ia memilih kenikmatan mencari, Iqbal memilih tetap berjarak dengan Tuhan.
Saya membaca Ihya Ulumuddin versi terjemahan, itupun tidak tuntas, hanya beberapa jilid dari 9 jilid secara keseluruhan kalau tidak salah. Beda dengan santri di Jawa yang mendalami Ihya versi arab gundul dengan metode bandongan, mirip-mirip pengajian online di medsos membahas Ihya yang diselenggarakan Kyai Ulil Abshar Abdalla.
Hanya saja saya merasa perspektif Ulil terlalu dominan membuat Ihya terkesan liberal. Di tangan Ulil, Ihya Ulumuddin lebih bertenaga dan kontekstual.
Barusan ditelepon kawan lama tak henti-hentinya mengingatkan kalau pandemi seharusnya membuat kita lebih dekat pada Tuhan, bukan sebaliknya makin menjauh. Kawan ini keberatan terhadap larangan shalat tarwih di masjid karena alasan menghindari penyebaran COVID-19.
Kawan ini kemudian mengingatkan saya pada Ghazali yg memilih menepi dari keriuhan dunia dengan mendirikan madrasah di samping rumahnya serta asrama untuk orang-orang shufi dan menghabiskan sisa usianya dengan mengkhatamkan kitab suci, berkumpul dengan ahli ibadah agar imannya terjaga.
Saat saya tanya, lagi dimana? Rupanya beliau sedang belanja di sebuah pusat grosir persiapan menghadapi ramadhan, "untuk jaga-jaga," katanya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews