Diam-diam Anies mengeluarkan IMB. Pengusaha senang. Duit ratusan triliun yang mestinya dibagi buat rakyat, bisa dikantongi.
Ada Rahmad Baequni. Ustad yang proses evolusinya belum selesai. Dia tahu jemaahnya rata-rata gak datang ketika dulu ada pembagian otak. Makanya Baequni berdakwah dengan omongan asal njeplak.
Misalnya dia ngotot masjid Cipularang ada simbol ilumitai. Sampai mengharamkan orang sholat di sana. Baginya sholat di masjid itu sama saja menyembah Dajjal. Entahlah, Baequni beragama tapi takut dengan segitiga. Kayak Vampir yang takut dengan bentuk salib.
Baequni bilang, Rizieq sang buronan adalah salah satu dari tujuh ulama yang akan membaiat Imam Mahdi. Astagah. Pasti Kak Ema akan tertawa terkaing-kaing mendengar kisah seperti ini.
Baequni juga ngomong, nama pulau Jawa itu berasal dari bahasa Arab. Begitu juga Borneo, Sumatera dan Kalimantan. Ia mencari gothak-gathuk kata biar ngepas.
Saya gak tahu, apa Baequni juga bicara nama Maria Ozawa juga tadinya perempuan Arab. Nama aslinya Mayiatul Zahwa. Dia sering nawarin mie instan pada suaminya. "Makan mie ya, Bi..."
Makanya orang mengenalnya sebagai Miyabi.
Bagi Baequni, ketika dunia memasuki milenium kedua, kita mengenal istilah Y2K. Kepanjangan dari Year 2000. Mau tahu, Baequni ngomong apa? "Y2K itu singkatan dari Year of Yesus Kingdom," ujarnya berapi-api. Padahal orang Indonesia saja yang menyebut Jesus sebagai Yesus.
Baequni adalah fenomena ustad yang bacotnya bergerak lebih cepat dari bayangannya sendiri. Di dunia yang keranjingan viral ini, orang lucu dan orang gila memang bisa jadi setara. Yang penting viral. Semakin ngaco, semakin viral.
Selain Baequni ada juga Bambang Wijajanto dan tim hukum BPN. Dalam statemennya di persidangan MK, mereka bilang salah satu bukti kecurangan Jokowi adalah ILC Karni Ilyas gak siaran lagi.
Sayangnya Bambang gak bicara bahwa tidak dilanjutkannya episode Cinta Fitri juga bagian dari kecurangan Pemilu. Atau Caesar yang kembali joget setelah hijrah merupakan bukti kecurangan yang tidak terbantahkan. Eeaaa...
Tampaknya Bambang dan tim hukum BPN gak terlalu peduli dengan logika waras. Mereka hanya ingin menjadikan perdirangan MK untuk memenuhi hasrat para pendukung Prabosan yang susah mikir sehat. Pokoknya Jokowi curang. Soal apa buktinya, mohon hakim nyari sendiri.
Mereka juga punya hitung-hitungan sendiri. Gak perlu data. Asal comot saja. Prabowo mendapat 71 juta suara, katanya. Prabowo menang 52%. Prabowo keren. Prabowo hebat. Prabowo jujur. Anak yang berbakti dan pandai menabung. Disayangi guru dan handai taulan.
Terus? Ayo dong, lantik Prabowo jadi Presiden. Kasian kan, udah lama mimpi basah tapi gak menang-menang.
Sekali lagi. Di jaman ini orang lucu dan orang gila memang setara. Yang penting viral.
Tapi ada sosok lain yang sebel ketika kelakuannya viral --Anies Baswedan.
Kita tahu Anies dulu ngotot menentang reklamasi.
Jaman Ahok, meski sudah mengeluarkan Pergub, Ahok menolak mengeluarkan IMB kepada pengembang reklamasi. Dia mensyaratkan perlu dibuat Perda yang mengatur soal pembagian hak 15% dari NJOP untuk Pemerintah. Jika ditotalkan jumlahnya ratusan triliun rupiah. Dananya buat rakyat. Tapi waktu itu DPRD menolak.
Ahok dan DPRD bertahan dengan posisinya masing-masing. Akibatnya IMB gak keluar.
Tapi Sanusi, seorang pimpinan DPRD DKI Jakarta dari Gerindra berusaha belusukan menemui para pengembang untuk menentang rencana Ahok ini. Sanusi gak ikhlas kalau keuntungan pengembang dibagi kepada rakyat. Dia meminta duit buat kantongnya sendiri. Kini Sanusi mendekam di penjara, karena ketahuan menerima suap dalam kasus itu.
Berbeda dengan Anies. Dia gak perlu nunggu perdebatan apa rakyat perlu kebagian dari hasil reklamasi. Diam-diam Anies mengeluarkan IMB. Pengusaha senang. Duit ratusan triliun yang mestinya dibagi buat rakyat, bisa dikantongi. Paling juga mesti bagi-bagi sekian triliun buat pejabat yang memudahkan usaha mereka.
Kalau membaginya hanya dua tuga trilun, cincaulah...
Waktu kampanye Anies dulu juga mengandalkan bacot untuk menyuapi pendukungnya. Sama kayak Baequni dan Bambang Cs, gak perlu akal sehat untuk ngomong kepada publik. Bagi mereka rakyat adalah sejenis mahluk yang otaknya kecil. Gampang dibohongi dengan omongan segentong.
Sebagai rakyat jelata yang waras kita memang kudu panjangin sabar melihat fenomena mereka-mereka itu. Yang paling penting harus selalu waspada agar gak ketularan virusnya. Serangan virus ke otak akan membuat manusia berubah jadi Pinokio.
Apa nasihat Abu Kumkum kalau di sekitar kita penuh dengan para pemuja gerombolan perusak akal sehat itu?
"Kum, teman kantorku kebanyakan termasuk gerombolan seperti itu," keluh seseorang kepada Abu Kumkum.
"Taburi garam di sekeliling mejamu..."
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews