Perbudakan ala Milenial Terus Berlangsung di Depan Mata

Semoga kita semua dapat memetik hikmahnya dan jangan sampai membiarkan diri kita dan keluarga kita ikut terjajah!

Selasa, 11 Juni 2019 | 09:29 WIB
0
394
Perbudakan ala Milenial Terus Berlangsung di Depan Mata
Ilustrasi milinial dan gawai (Foto: Kompasiana.com)

Tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi memberikan manfaat yang sangat besar bagi peradaban manusia. Apa yang dulunya dianggap mustahil atau dianggap tahayul, kini terbukti bahwa semua orang dapat melakukannya,dengan memanfaatkan teknologi terkini. Apa yang dulunya hanya menjadi mainan anak anak orang kaya, kini sudah dimiliki oleh Tukang Sayur dan Penjual Bakso keliling. 

Penjual sayur maupun penjual Bakso keliling, tidak perlu lagi berteriak teriak menjajakan barang dagangannya karena para pelanggannya sudah dapat memesan lewat SMS. Para orang tua yang anak cucunya jauh di rantau, tidak perlu lagi menanggung rindu berbulan bulan menunggu anak cucu pulang kampung datang menengok. Karena via WA setiap saat aktivitas anak cucu bisa terpantau lewat video ataupun video call.

Muda mudi yang sedang dirundung cinta, tidak perlu lagi menantikan Pak Pos datang. Bahkan terkadang sudah menunggu lama, ternyata yang diantarkan Pak Pos bukannya surat cinta, malahan  surat berantai.

Tanpa Sadar Banyak Orang Sudah Dirasuki Teknologi

Terbuai oleh nikmatnya memainkan mainan ala zaman mileneal yang bernama Ponsel, semakin lama membuat banyak orang semakin lupa diri bagaikan orang kerasukan. 

Orang bisa lupa membawa dompetnya, tapi pasti tidak bisa lupa membawa ponselnya. Cobalah perhatikan karyawan yang bekerja melayani pembeli di toko. Ketika kita bertanya, misalnya :" Mbak. baterai Samsung ada?" Si mbak menjawab sambil tetap menekuni  ponselnya, tanpa sedikitpun mengangkat wajahnya : "Nggak ada pak" . Kita yang bertanya di depannya dianggap sama sekali tidak ada.

Ponsel menjajah hingga kedalam rumah tangga. Orang tua dan anak anak tinggal serumah, tapi masing masing sibuk dengan ponselnya. Kalau pun sesekali ada komunikasi, hal itu dilakukan tanpa merasa perlu mengangkat wajahnya dari layar ponsel. Termasuk ketika orang tuanya yang sedang berbicara. Anehnya orangtua menganggap bahwa hal ini adalah hal yang wajar. 

Ponsel Masuk Hingga ke Kamar Tidur

Tidak merasa cukup menghabiskan waktu di meja makan dan di ruang tamu, benda yang namanya Ponsel ini merasuk hingga ke ruang pribadi yakni di kamar tidur. Pasangan suami  sudah tidak lagi saling bermesraan berdua, tapi masing masing asyik bermesraan dengan orang lain melalui ponsel. 

Banyak orang yang sudah kehilangan kemerdekaan diri,karena sudah dijajah oleh teknologi. Tapi anehnya orang sama sekali tidak sadar, bahkan terus melanjutkannya dari hari ke hari. Kehidupan dalam  pergaulan,maupun dalam hidup berumah tangga,sudah merupakan kehidupan semu.

Salah satu contoh aktuaL Seorang ibu, terlalu sibuk dengan ponselnya sehingga  tidak menyadari saat anak perempuannya yang baru berusia empat tahun terjatuh ke kolong kereta api.  

Berawal dari anak perempuan yang lepas dari pengawasan ibunya dan berupaya menaiki kereta api yang sedang berhenti. Saat hendak melangkah ke pintu gerbong kereta, langkah kaki gadis kecil itu tidak sampai dan akhirnya terperosok ke celah antara kereta dengan peron stasiun. Seperti dilansir oleh  Youth Daily .

Berita lain dari Kompas.com: Kecanduan ponsel dialami seorang perempuan asal Thailand ini. Wilawan Pitpan (32), sedang asyik bermain ponsel di pekarangan kediamannya di Samut Prakan, wilayah tengah Thailand, Kamis (9/5/2019) siang. Saking asyiknya Wilawan tak menyadari jika putranya Nontawat Saingam yang berusia delapan bulan bisa membuka pintu pagar. 

Celakanya, si bocah langsung merangkak menuju jalan raya yang melintas di depan kediaman perempuan itu. Rekaman CCTV memperlihatkan, di waktu yang bersamaan sebuah truk melaju di jalan raya tersebut. 

Pengemudi yang melihat seorang bayi di jalanan mencoba menghindar, sayangnya Nontawat terhantam roda belakang kendaraan besar itu. Akibatnya, bayi malang tersebut tewas seketika karena mengalami keretakan di tengkorak dan patah kaki sebelah kanan.

Semoga kita semua dapat memetik hikmahnya dan jangan sampai membiarkan diri kita dan keluarga kita ikut terjajah!

Tjiptadinata Effendi

***