Tetap Patuhi Protokol Kesehatan Meski BOR Menurun

Selama pandemi belum berakhir, protokol kesehatan adalah kedisiplinan yang harus dipatuhi, karena hal tersebut tidak hanya menjaga diri kita, tetapi juga keluarga dan lingkungan terdekat

Sabtu, 28 Agustus 2021 | 18:51 WIB
0
137
Tetap Patuhi Protokol Kesehatan Meski BOR Menurun
Prokes (Foto: merdeka.com)

Penanganan Pandemi Covid-19 melalui PPKM dan sejumlah langkah lainnya terus membuahkan hasil seiring penurunan kasus positif maupun tingkat keterisian ranjang rumah sakit. Namun demikian, masyarakat diminta untuk selalu mematuhi Prokes guna menjaga tren positif ini.

Saat ini kondisi keterisian pasien atau Bed Occupancy Rate (BOR) di Rumah Sakit yang merawat pasien Covid-19 telah menurun, hal tersebut telah ditegaskan oleh Presiden RI Joko Widodo.

Meski demikian, Jokowi mengatakan bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir. Oleh karenanya, Jokowi juga mengingatkan peran serta masyarakat masih sangat dibutuhkan untuk bersama-sama memutus rantai penyebarann virus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19.

Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut mengungkapkan, para dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain masih tetap berjaga di garda terdepan. Sehingga semua pihak harus mendukung dengan tertib menjalankan protokol kesehatan.

Jokowi mengatakan, dengan menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, kita dapat melindungi diri kita, keluarga dan lingkungan, sekaligus membantu mengurangi beban para dokter, perawat dan tenaga kesehatan.

Sementara itu Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut saat ini kasus terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia sudah mulai menurun.

Tak hanya itu, tingkat keterisian tempat tidur atau BOR di Rumah Sakit Rujukan Covid-19 pun menurun dalam beberapa hari terakhir. Budi menuturkan bahwa pemerintah telah membuat skenario terburuk jika kasus Covid-19 bertambah 70.000 per hari. Dia bersyukur hingga kini puncak kasus covid-19 di Indonesia berada di angka 57.000 per hari.

Menurut Budi, hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah testing Covid-19 yang mulanya hanya 60.000-70.000 per hari menjadi 200.000-300.000 per hari. Namun, Budi mengklaim bahwa kasus virus corona kini sudah mulai melandai.

Dirinya menuturkan penurunan angka kasus terkonfirmasi Covid-19 ini membuat BOR di Rumah Sakit menjadi berkurang cukup signifikan. Hanya saja, Budi mengakui ada beberapa daerah yang BOR-nya belum turun dan mengalami kenaikan, terutama di daerah luar Pulau Jawa.

Pada kesempatan berbeda Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Ganip Warsito mengingatkan masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes) meski sudah mendapatkan vaksinasi.

Kedisiplinan prokes menjadi harga mati. Ganip menekankan pentingnya memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun denga rutin. Membatasi mobilitas dan menghindari kerumunan juga perlu dilakukan.

Ia juga mengimbau agar sentra vaksinasi dapat mengatur alur pendaftaran bagi masyarakat. Hal tersebut demi mencegah kerumunan yang berpotensi menimbulkan penularan covid-19. Seluruh aparat keamanan dan pemerintah setempat juga turut diminta membantu penyelenggara vaksinasi. Dandim, Kapolres, hingga Bupati harus aktif bergerak.

Sementara itu Dua Pekan belakangan, tingkat keterisian tempat tidur atau BOR pasien di sejumlah rumah sakit rujukan covid-19 di wilayah pantai utara (pantura) barat Jawa Tengah telah menurun secara signifikan. Meski demikian, pengelola rumah sakit belum akan mengurangi jumlah tempat tidur sebagai bentuk kewaspadaan.

Menurunnya jumlah kasus Covid-19 membuat BOR di sejumlah rujukan Covid-19 ikut menurun. Di Kabupaten Tegal, penurunan BOR terjadi setidaknya dua pekan terakhir. Pada akhir Juli, rata-rata harian BOR pasien Covid-19 selalu di atas 98%.

Dua pekan terakhir BOR tidak pernah lebih dari 26% dari total tempat tidur.
Selain itu tercatat lebih dari 100 dokter di Indonesia yang meninggal dunia akibat terinfeksi Covid-19.

Banyaknya dokter yang meninggal dengan positif corona di Indonesia, mengakibatnya berkurangnya tenaga kesehatan. Padahal di masa pandemi ini, Indonesia sangat membutuhkan tambahan tenaga dokter. Artinya kehilangan 100 dokter sama halnya dengan 250.000 masyarakat yang kehilangan hak untuk ditangani dokter ketika sakit.

Epidemiolog dari Universitas Grifith Australia, Dicky Budiman menjelaskan berdasar data Bank Dunia, Persentase dokter yang bertugas di Indonesia hanya 0.4 persen per 1000 penduduk. Artinya hanya ada 4 dokter untuk melayani 1000 masyarakat. Apabila jumlah dokter berkurang, tentu masyarakat juga akan kehilangan kesempatan untuk ditangani dokter di Indonesia.

Lebih lanjut Dicky mengatakan, meninggalnya para tenaga medis terjadi di wilayah dengan positif rate tinggi dan intervensi program testing dan tracing yang rendah. Kalau misalnya hal tersebut tidak langsung diperbaiki, maka tidak ada penghormatan bagi tenaga medis yang selama ini menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19.

Selama pandemi belum berakhir, protokol kesehatan adalah kedisiplinan yang harus dipatuhi, karena hal tersebut tidak hanya menjaga diri kita, tetapi juga keluarga dan lingkungan terdekat kita dari potensi penyebaran virus. (Adita Silviana)

***