Herd immunity alias imunitas kelompok tidak akan diterapkan oleh pemerintah. Ketika Covid-19 belum bisa ditumpas 100 persen, maka untuk mengatasinya bukan dengan cara ini, melainkan dengan mengobati pasien dan mencegah penyebarannya dengan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), stay at home. Jadi tidak akan ada relaksasi PSBB dengan alasan untuk membentuk herd immunity.
Penyakit Covid-19 yang belum pergi dari Indonesia, makin membuat banyak orang khawatir. Mereka takut akan tertular dan juga keluarganya benar-benar dijaga agar tidak terjangkit virus Covid-19. Lalu ada selentingan herd immunity sebagai salah satu cara untuk mengatasi Covid-19. Imunitas komunal yang akan melindungi orang yang mudah sakit, sehingga tidak akan tertular virus Covid-19.
Pemerintah menyatakan hal ini melalui Kantor Staf Presiden (KSP). Donny Gahral Adian, tenaga ahli utama di KSP membantah isu tentang rencana herd immunity untuk menangani Covid-19, karena baru sekadar wacana. Apalagi yang melontarkan isu tersebut bukanlah dari pihak kementrian kesehatan atau presiden secara langsung. Jadi jangan dipercaya begitu saja.
Aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak akan dilonggarkan untuk membentuk imunitas tersebut. Masyarakat diminta tertib dan tetap berdiam diri di rumah plus menjaga kesehatan, dan tidak melanggar PSBB. Bersabarlah sejenak dan ingatlah bahwa semua ini demi keselamatan kita bersama.
Memang ada wacana untuk melonggarkan PSBB namun dengan catatan jika kurva pasien Covid-19 sudah melandai dan jumlah orang yang kena virus Covid-19 benar-benar menurun. Baru pembatasan sosial ini direlaksasi dan masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa, meski masih harus memakai perlindungan dari masker.
Namun saat ini, jumlah pasien yang terjangkit Covid-19 semakin banyak. Malah pernah mencapai 900 orang pasien baru di akhir bulan Ramadhan kemarin.
Masyarakat juga diminta untuk tidak percaya tentang berita bahwa di bulan Juni ini sekolah, pasar, dan mall akan dibuka. Memang sudah beredar ada surat edaran yang seolah-olah dikeluarkan oleh pemerintah, bahwa di 15 juni murid-murid diperbolehkan belajar lagi di sekolah. Namun ternyata itu bukan pernyataan resmi, melainkan ulah dari oknum yang tidak bertanggungjawab.
Jangan percaya jika membaca potongan surat edaran dan juga berita apalagi jika hanya didapatkan dari broadcast via grup WA. PSBB masih akan dijalankan dengan protokol yang ketat. Polisi juga selalu siaga dan berjaga di perbatasan kota dan juga jalan tol, untuk menghalau arus mudik. Semua ini dilakukan karena kita ingin pandemi segera berlalu.
Untuk mengakhiri pandemi Covid-19, caranya adalah dengan menaati aturan stay at home dan ketika terpaksa ke luar rumah, wajib memakai masker dan selalu cuci tangan. Jadi, cara untuk menghadapi virus Covid-19 bukan dengan membentuk herd immunity, karena kenyataannya lebih banyak yang terjangkit Covid-19.
Sementara orang yang sehat belum bisa memberikan perlindungan imunitasnya, karena ia juga berpotensi membawa virus atau malah tertular.
Kita juga tetap bisa menaikkan imunitas dengan cara makan sayur dan buah serta minum air putih.
Lakukan juga olahraga teratur agar tubuh lebih bugar. Jagalah juga kebersihan dan selalu rajin cuci tangan atau membawa hand sanitizer. Jadi ketika tubuh sehat dan kita disiplin memakai masker ketika bepergian, akan tidak mudah tertular virus Covid-19.
PSBB tidak akan dilonggarkan dan masyarakat diminta untuk tertib dengan disiplin menjaga imunitas tubuh dan juga kebersihan, karena pasien yang kena virus Covid-19 masih banyak. Tidak ada rencana untuk strategi herd immunity untuk mengatasi Covid-19, karena orang yang sehat juga masih bisa tertular dan tidak bisa melindungi yang berpotensi sakit dengan imunitasnya. Bersabarlah untuk menaati peraturan dan berdoa semoga pandemi Covid-19 segera berlalu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews