Setiap kali mengikuti pemberitaan media mainstream, khususnya media TV, selalu mengundang ketawa 'ngakak' (tidak sekedar ketawa dalam hati). Pasti anda pun pernah mengalaminya, yakni apabila anda mencermati pertanyaan dari awak reporter untuk memperoleh informasi dari para narasumber di TKP.
"Bagaimana perilaku bergaul yang bersangkutan?", ini pertanyaan kepada narasumber yang merupakan tetangga dari terduga teroris yang ditangkap.
Dalam peristiwa kebakaran, " Apa yang menjadi penyebab kebakaran?" "Saat peristiwa kebakaran terjadi anda sedang apa dan dimana?"
"Bagaimana perasaan keluarga dengan meninggalnya ...?" "Apakah keluarga ada firasat tertentu?", nah kalau ini pertanyaan-pertanyaan terhadap narasumber korban meninggal akibat kecelakaan.
Kemudian apabila anda mengikuti berita tentang kemenangan atau keberhasilan seseorang, pertanyaannya pun tak kalah klisenya, "Bagaimana perasaan anda setelah memenangkan ....?" "Apa rencana anda selanjutnya?"
Itulah sedikit contoh pertanyaan-pertanyaan repoter TV yang sering kita lihat di media. Hampir semua reporter meski dari media pemberitaan yang berbeda mengajukan pertanyaan yang mirip. Apakah tidak ada pertanyaan lain yang lebih berbobot dan bervariasi? Apakah ada keharusan mengajukan pertanyaan yang itu-itu saja? Atau hanya itu kemampuan para reporter dalam menggali informasi.
Setiap orang yang awam dalam prosedur wawancara narasumber maupun kode etik pers mungkin akan memiliki keheranan dan mungkin kegelian yang sama tentang masalah ini. Semoga ada pembaca, lebih pas lagi kalau awak media TV, yang berkenan untuk menjelaskan 'keunikan' pertanyaan-pertanyaan klise tadi.
***
Solo, Sabtu, 21 Desember 2019. 9:39 am
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews