Tari Gandrung adalah jenis tarian tradisional Indonesia yang berasal dari Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Tari gandrung yang berasal dari Jawa Timur ini pada umumnya ditampilkan secara berpasangan. Nah pada kesempatan kali ini kami akan memberikan informasi tentang Sejarah Tari Gandrung. Yuk, simak artikel dibawah ini.
Sejarah Tari Gandrung
Berdasarkan catatan sejarah bandar bola, tarian ini muncul sejak dibangunnya ibu kota Blambangan sebagai pengganti Pangpang atau Ulu Pangpang. Hal itu ditandai dengan dibukanya Hutan Tirtagondo atau Tirta Arum yang diprakarsai oleh Mas Alir, bupati yang dilantik sekitar tanggal 12 Februari 1774 di Ulu Pangpang.
Penulisan makalah ini sama dengan cerita yang diwariskan secara turun-temurun. Bisa juga dikatakan bahwa tarian ini pada awalnya dibawakan oleh laki-laki, mereka membawa alat musik perkusi berupa gendang dan juga beberapa rebana atau terbang. Konon jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu hanya sekitar lima ribu orang, akibat penyerangan Kompeni pada tahun 1767 untuk merebut Blambangan dari kekuasaan Mengwi.
Kemudian setelah hutan itu selesai dalam babad, maka dikenal dengan nama Banyuwangi. Di sinilah kita bisa melihat beberapa peran besar kesenian tari gandrung dalam sejarah berdirinya Banyuwangi. Awalnya, tarian ini dibawakan oleh penari pria yang berpakaian seperti wanita. Namun seiring dengan perkembangan zaman, penari gandrung berubah menjadi penari wanita semua.
Pertunjukan Tari Gandrung
Berikut penjelasan mengenai pertunjukan tari Gandrung yang biasa anda saksikan pada acara-acara tertentu di Bali :
1. Iringan Musik
Ketika dibawakan oleh Marsan dengan berjalan keliling desa, tarian gandrung ini dapat diiringi oleh gendang dan rebana, dimana semua tempo tarian ini telah diatur oleh gendang. Pada saat ini tari gandrung dapat diiringi musik dari kempul atau gong, dua buah biola, sepasang kethuk, dua buah gendang dan juga sebuah kluncing atau segitiga. Terkadang alat musik ini juga diiringi dengan angklung, rebana atau saron Bali.
2. Pakaian Penari
Kostum atau busana tari Gandrung dipengaruhi oleh budaya Kerajaan Blaambang Bali, yang dalam sejarah tari Gandrung dapat disebutkan dalam perjalanan perkembangan tari ganrung ini. Oleh karena itu, kostum tari ini agak berbeda dengan kostum tari Jawa Timur kebanyakan.
Tahapan Pertunjukkan
Tari gandrung asli memiliki tiga tahapan pertunjukan dari pembukaan hingga penutupan. Berikut ketiga tahapan tersebut beserta penjelasannya:
1. Jejer
Tari gandrung biasanya dimulai dengan salah satu penari yang nantinya akan melantunkan sebuah lagu di tengah panggung pertunjukan. Nah, bagian pembuka ini biasa disebut jejer. Jejer ini dimaksudkan untuk menghormati tuan rumah, penonton dan tamu yang telah hadir menyaksikan pertunjukan tari gandrung, sekaligus sebagai bentuk harapan agar tuan rumah yang menyelenggarakan acara tersebut selalu diberkahi.
2. Maju
Setelah pembukaan atau bagian jejer selesai, para penari akan mulai memilih tamu dengan memberikan sampur pada pononton sebagai simbol untuk mengajak mereka menari bersama, ini adalah bagian Maju dimulai. Pada umumnya penonton yang dipilih untuk menari bersama sesuai dengan urutan posisinya, dimana tamu kehormatan akan mendapatkan giliran pertama.
Penonton yang masuk ke dalam arena pementasan ini bisa disebut paju. Paju yang dipilih terdiri dari empat orang yang akan berdiri dalam posisi persegi dengan satu penari di tengahnya. Inilah intisari dari tarian gandrung yaitu nafsu terhadap Dewi Sri. Setelah selesai menari bersama penonton, maka Gandrung akan mendatangi salah satu penonton untuk diajak menyanyikan sejumlah lagu atau ngrepen sesuai dengan keinginannya.
Acara Paju dan Ngrepen akan digelar secara bergantian hingga subuh, sambil menunggu giliran, tak jarang penonton yang mabuk saling berebut hingga menimbulkan keributan. Di akhir babak paju, gedhog memberikan kesempatan kepada penonton untuk dapat menari njaban dengan gandrung dan juga diminta untuk dapat memberikan tombak atau uwul pada nampan yang telah disediakan gading.
3. Seblang Subuh
Di akhir tarian gandrung ini ditutup dengan seblangan yang umumnya dimulai saat fajar, oleh karena itu bagian penutup ini bisa disebut seblang fajar. Setelah beristirahat sejenak usai acara paju, para penari gandrung akan mulai menari dengan tempo lambat dan juga penuh penghayatan. Tari Gandrung terkadang menggunakan properti kipas yang dikibaskan sesuai musik pengiring sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih.
Pada bagian seblang inilah suasana mistis dari tari gandrung dapat dirasakan, jika ada ritual penyembuhan dan juga ritual penyucian diri yang dapat dilakukan oleh seorang gandrung sepuh. Pada saat ini bagian seblang subuh dihilangkan dari rangkaian tari gandrung, padahal bagian ini merupakan bagian penutup dari tarian tersebut.
Demikian ulasan tentang Bagaimana Sejarah Tari Gandrung? Berikut Penjelasan Lengkapnya. Semoga bermanfaat.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews