Semakin ke Utara pasti semakin dingin. Sementara itu, pakaian tradisional kita, sarung, terlalu tipis untuk udara dingin iklim subtropis.
Orang Bugis-Makassar berlayar ke Utara sampai ke Filipina. Menarik penjelasan Prof. Christopher Ray Miller tentang bagaimana Aksara Filipina mendapat pengaruh dari Aksara Lontaraq, walau mungkin dari versi awalnya yang lebih kompleks. Artinya, orang Bugis-Makassar telah berlayar juga ke Utara, paling tidak sampai ke Filipina.
Sementara itu, Prof. Jean-Paul Potet mengirimi saya peta Filipina dengan toponyms aksara lontaraq yang didapatkannya di Museum Angkatan Laut Spanyol di Madrid. Memang, Filipina pernah lama dijajah oleh Spanyol.
Peta itu didapatkan oleh armada Spanyol dari kapal "bajak laut" (ini sebutan bagi kapal yang melawan armada kolonial), pada abad ke 17, di sekitar perairan Sulu, sebelah Selatan Filipina. Peta itu ditempatkan di dalam bumbung bambu yang kedap air.
Tampaknya, peta itu adalah copy dari peta Belanda atau Portugis yang kemudian diberi toponyms aksara lontaraq. Prof. Potet sempat mendaftar toponyms tersebut, yang bisa Anda lihat ditulis kecil2 di berbagai lokasi penting di peta itu.
Awalnya, Prof. Potet mengira itu adalah tulisan Arab, tetapi setelah diteliti lebih jelas, ternyata toponyms itu adalah aksara lontaraq.Bagi saya, ini tambahan bukti bahwa orang Bugis-Makassar telah berlayar juga ke Utara, sampai ke Filipina, termasuk bagian Utara, kalau melihat toponyms di peta itu.
Berlayar secara longitudinal, Timur-Barat, lebih mudah karena iklimnya sama. Berlayar secara latitudinal, Utara-Selatan, atau dalam hal ini Selatan-Utara akan lebih sulit. Semakin ke Utara pasti semakin dingin. Sementara itu, pakaian tradisional kita, sarung, terlalu tipis untuk udara dingin iklim subtropis.
Sekali lagi, berlayar ke Utara sampai ke Filipina sudah terbukti. Tapi, adakah bukti bahwa orang Bugis-Makassar pernah berlayar, dengan perahu tradisionalnya, lebih ke Utara lagi? Taiwan misalnya, atau Beijing?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews