Pandemi Covid-19 ini telah dimanfaatkan oleh para politisi atau kelompok-kelompok anti-migran, kaum populis sayap kanan yang selama ini sangat keras menentang pengungsi.
Sejarah menceritakan bahwa wabah adalah faktor kunci mundurnya Zaman Purbakala dan lahirnya Abad Pertengahan (Lester K Litte; 2007). Dengan kata lain, wabah telah menjadi salah satu unsur yang mendorong terjadi perubahan zaman.
Wabah Justinian (terjadi di zaman Kaisar Justinius berkuasa di Kekaisaran Romawi Timur abad ke-6) menjadi titik awal kemunduran Kekaisaran Romawi—yang nantinya akan digantikan oleh Kekhalifahan Utsmaniyah (Ottoman) Turki--karena merosotnya perekonomian yang berbuntut ke pelemahan kekaisaran.
Walter S. Zapotoczny (2006) menulis, Black Death wabah penyakit yang terjadi delapan abad setelah wabah Justinian sangat mempercepat perubahan sosial dan ekonomi selama abad ke 14 dan 15.
Selain itu juga menjadi penyebab pecahnya pemberontakan petani di banyak bagian Eropa, seperti Perancis (pemberontakan Jacquerie, 1358) dan di Italia (pemberontakan Ciompi, 1378, yang melanda kota Florence).
Salah satu kelompok yang paling menderita adalah Gereja, yang di zaman itu sangat berpengaruh. Mereka kehilangan prestise, otoritas spiritual, dan kepemimpinan atas rakyat, ketika orang-orang beralih ke mistisisme.
Baca Juga: Para Peneliti Berharap Mampu Meningkatkan Prediksi Epidemi di Masa Depan
Gereja menjanjikan penyembuhan, perawatan, dan penjelasan tentang wabah itu. Mereka mengatakan itu adalah kehendak Tuhan, tetapi alasan hukuman yang mengerikan ini tidak diketahui. Orang-orang menginginkan jawaban, tetapi tidak ada jawaban. Orang-orang berdoa kepada Tuhan dan memohon pengampunan.
Setelah wabah berakhir, penduduk desa yang marah dan frustrasi mulai memberontak melawan Gereja. Para penyintas juga marah pada dokter, yang mengatakan mereka bisa menyembuhkan pasien, tetapi ternyata tidak. Segera setelah letusan Black Death terjadi perubahan.
Struktur ekonomi berbasis lahan bergeser. Kekayaan dalam bentuk uang, keterampilan, dan jasa layanan muncul. Kota-kota kecil mulai tumbuh berkembang, sementara perkebunan besar dan kecil mulai runtuh.
Struktur sosial, ekonomi, dan politik yang sangat Eropa diubah selamanya. Feodalisme berakhir dan mengubah arah sejarah di Eropa.
Menuju Zaman Baru?
Apakah sejarah akan berulang? Apakah pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini akan mengubah dunia, termasuk di dalamnya sikap dan perilaku manusia terhadap alam? Apakah juga akan mengubah cara hidup dan kerja manusia?
Apakah akan terjadi perubahan besar dalam tatanan dunia dan muncul tatanan baru, serta hubungan antar bangsa, seperti di masa lalu?
Di masa lalu, wabah memiliki efek yang luar biasa pada lahirnya Revolusi Industri (1750-1850). Revolusi Industri memicu perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia, juga perbudakan.
Sekarang, pandemi Covid-19 ini, misalnya, memiliki efek luar biasa pada stabilitas sosial, ekonomi dan politik serta hubungan antar-negara.
Apa yang terjadi di Eropa bisa menjadi salah satu contohnya. Bukan Brexit, atau banjir para migran, tetapi pandemi Covid-19 dapat menimbulkan tantangan terbesar bagi persatuan Eropa—mungkin juga ASEAN atau organsiasi-organisasi regional lainnya--dalam beberapa dekade mendatang.
Meskipun, pandemi Covid-19 ini telah dimanfaatkan oleh para politisi atau kelompok-kelompok anti-migran, kaum populis sayap kanan yang selama ini sangat keras menentang pengungsi.
Harus diakui bahwa sekarang ini, yang namanya solidaritas internasional, di Eropa sangat jelas, kurang nampak (meski sekarang mulai betubah). Padahal kerja sama internasional adalah faktor kunci ketika dunia menghadapi krisis. Pandemi Covid-19 ini adalah ujian politik di semua tingkatan: komunitas, lokal, komunal, nasional, regional, dan internasional.
Apa yang mencolok dengan pandemi Covid-19 sekarang ini adalah lemahnya koordinasi global, meskipun China menyediakan diri untuk membantu negara lain. Meski sekarang pelan-pelan mulai berubah telah berubah. Misalnya, pekan lalu PBB adopsi resolusi baru tentang Covid-19.
Padahal, adalah sangat penting menyadari bahwa apa yang memengaruhi satu orang di mana saja, memengaruhi setiap orang di mana pun. Sebab, tak terhindarkan bahwa kita semua menjadi bagian dari suatu spesies. Oleh karena itu adalah sangat tidak perlu dan tidak penting, berpikir tentang pembagian ras, etnis, agama, status ekonomi, dan lain sebagainya, seperti yang dikatakan oleh Presiden AS Donald Trump yang menyebut virus korona sebagai virus china.
Saat ini sangat dibutuhkan adanya kerja sama untuk membangun solidaritas global sebagai spesies manusia untuk diorganisasi saling memelihara; untuk menyadari bahwa kesehatan orang yang paling rentan di antara kita adalah faktor penentu bagi kesehatan kita semua; dan kesadaran untuk terus memelihara Bumi sebagai rumah bersama.
Apabila, bangsa-bangsa tidak siap untuk melakukan itu--orang Jawa mengatakan nut zaman kelakone, mengikuti semangat zaman--bangsa-bangsa tidak akan pernah siap menghadapi tantangan yang menghancurkan bagi kemanusiaan. Karena manusia tidak belajar dari sejarah; bukankah historia magistra vitae, sejarah adalah guru kehidupan?
Maka bukan mustahil, pandemi Covid-19, akan menandai perubahan sejarah manusia dan kemanusiaan; akan muncul zaman baru, yang entah seperti apa. Sejarah selalu berulang.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews