Yahudi Ubah Gurun Jadi Hutan [1] Hikayat Lima Tetes Air

Guna mengatasi penurunan pasok air, pemerintah Israel meningkatkan kapasitas produksi air dari instalasi desalinasi air laut.

Minggu, 11 Agustus 2019 | 17:02 WIB
0
878
Yahudi Ubah Gurun Jadi Hutan [1] Hikayat Lima Tetes Air
Shimon Peres (Foto: VOA Indonesia)

Pengantar:

Ini sebenarnya rerun. Tapi begini. Baru sebulan memasuki musim kemarau, berita mengenai lahan pertanian yang mengalami kekeringan dan pasti gagal panen sudah bersliweran menghiasi layar tipi. Koplakly, meskipun bencana kekeringan sudah rutin terjadi setiap tahun, tapi tak menumbuhkan kesadaran para petinggi di daerah, tokoh agama, dan para petani untuk menghijaukan tanah-tanah di kawasan hulu sungai. Bebal.

Kisah Bangsa Yahudi mengubah padang pasir yang gersang menjadi hutan hijau dan subur adalah perjalanan panjang penuh keajaiban, tapi nyata. Sejak satu abad lalu, orang-orang Yahudi yang tinggal di Tanah Kanaan (Palestina), sudah berusaha agar lahan yang mereka tinggali bisa ditanami sayur dan buah-buahan.

Dalam beberapa dekade terakhir, mereka bisa mewujudkannya. Selain lahan-lahan pertanian yang subur, kini mereka pun memiliki hutan. Sekitar 240 juta pohon yang telah mereka tanam, kini sudah menjadi hutan yang mereka banggakan. 

Sebagaimana negara di kawasan Timur Tengah, topografi sebagian besar wilayah Israel berupa padang pasir. Artinya, air merupakan ‘barang langka’ di negara itu. Tapi, beberapa literatur menyebutkan, Israel adalah adalah salah satu negara termaju dalam industri pertanian di dunia.

Buah-buahan dan sayuran kelas premium yang dihasilkan Israel diekspor ke Eropa dan negara-negara tetangganya. Padahal, tingkat curah hujan rata-rata di Israel hanya 1.683 milimeter per tahun. Bandingkan dengan di Indonesia yang berkisar antara 2.000 - 3.000 milimeter per tahun. 

Luas wilayah Israel yang diklaim oleh pemerintahnya saat ini sekitar 20.770 kilometer persegi. Secara alami Israel hanya mempunyai sumber air bersih yang mampu menghasilkan 1,78 miliar meter kubik per tahun. Air sebanyak itu, 275 juta meter kubik didapat dari sungai yang mengalir dari Dataran Tinggi Golan (yang dicaplok dari Suriah pada tahun 1967), 310 juta meter kubik dari sungai-sungai yang mengalir dari Lebanon, dan 345 juta meter kubik dari sumber air di Tepi Barat. Sisanya berasal dari sumber air tanah. 

Lalu dari mana Israel bisa memenuhi kebutuhan air warganya yang mencapai 4 miliar meter kubik per tahun? Mereka menampung air hujan dan membangun instalasi desalinasi air laut menjadi air tawar. Israel menghabiskan dana miliaran dollar Amerika Serikat untuk membangun instalasi desalinasi air laut dan jaringan pipa dari rumah-rumah penduduk ke bendungan-bendungan penampung air hujan. Sekali lagi di Israel, air adalah ‘barang langka’, karenanya 92% air tawar di Israel diekonomisasikan. 

Persoalannya, sekitar 80% sumber air Israel berada di utara, sedangkan kibutz-kibutz yang merupakan pusat-pusat pertanian Israel berada di Negev, di selatan. Solusi jangka panjangnya, di wilayah selatan, padang pasir yang tandus harus dijadikan hutan sebagai sumber air. Ini pekerjaan besar yang memerlukan kecerdasan, teknologi, etos kerja yang tinggi, dan biaya besar. Tapi harus dikerjakan. 

Elisha Mizrachi, Direktur KKL-JNF Negev mengatakan, Israel telah melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Wilayah yang sebelumnya berupa padang pasir gersang, menjadi penuh pepohonan. 

Keren Kayemet LeYisrael Jewish National Fund (KKL-JNF) adalah sebuah organisasi yang bertanggung-jawab dalam upaya menghutankan padang gurun di Israel. Lembaga ini membangun bendungan, membuat jalan yang melewati hutan, serta melakukan studi-studi yang berorientasi pada pertanian dan permakultur. 

Orang-orang yang bekerja di KKL-JNF adalah para ahli dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari keuangan, pengairan, pertanian, konstruksi, kimia, dan lain-lain. Organisasi ini juga bekerja-sama dengan berbagai lembaga riset di Eropa dan Amerika Serikat.

Tahun 2013, Presiden Israel, Shimon Perez mengatakan, “Saya bertanya kepada diri saya sendiri, mengapa Bangsa Israel selalu menghadapi masalah di dunia ini? Jawabannya, Bangsa Israel ada untuk melawan hukum-hukum alam tersebut.” 

“Israel harus membuat alamnya sendiri. Kita harus mengubah satu tetes air menjadi lima tetes air,” kata Perez di depan para pengurus KKL-JNF dan pegiat lingkungan hidup. 

Salah satu upaya Israel mengoptimalkan sumber air bersih adalah menampung curah air hujan. Penampungan air hujan bukan hanya dilakukan oleh pemerintah dengan membangun bendungan, tapi juga dilakukan oleh penduduk. 

Setiap atap rumah penduduk dirancang sedemikian rupa, agar air hujan bisa tertampung dan tersalurkan melalui talang air yang tersambung ke penampungan air untuk rumah tangga. Jika tempat penampungan air di rumah sudah penuh, maka air akan disalurkan ke jaringan pipa yang bermuara di bendungan. 

Dari tiap bendungan itu air didistribusikan ke wilayah-wilayah yang membutuhkan. Sebagian air yang ditampung di sana, diolah di instalasi penjernihan menjadi air layak minum dan disalurkan ke ribuan keran air minum untuk publik. Sebagai catatan, air bersih dari instalasi di Israel, juga dijual ke beberapa wilayah Palestina di Gaza. 

Fenomena perubahan iklim dan pemanasan global yang dalam lima dekade terakhir mengalami akselerasi, telah menurunkan volume air dari sumber air alam, jauh di bawah 1,4 miliar meter kubik per tahun. Pada periode 1975-2011 rata-rata volume air yang dihasilkan dari sumber air tanah dan air permukaan sudah kurang dari 1,2 miliar meter kubik per tahun. 

Guna mengatasi penurunan pasok air, pemerintah Israel meningkatkan kapasitas produksi air dari instalasi desalinasi air laut. Menteri Infrastruktur, Energi, dan Sumber Daya Air Israel, Yuval Steinitz mengajukan anggaran untuk membangun instalasi-instalasi desalinasi baru untuk mengejar target pemerintah mencapai produksi air tawar hasil desalinasi sebanyak 750 juta meter kubik per tahun pada tahun 2020. Sejak tahun 2013, kapasitas produksi air hasil desalinasi hanya 500 juta meter kubik per tahun. 

Antara lain untuk membiayai proyek-proyek instalasi desalinasi air laut, Perdana Menteri Netanyahu mengajukan anggaran sebesar 454,1 miliar Shekels atau US$131,7 miliar untuk tahun 2017 dan 463,6 miliar Shekels, setara US$134,5 miliar untuk tahun anggaran 2018. Anggaran itu sudah diajukan ke parlemen Israel, Knesset, untuk disetujui.

(Bersambung)

***