Dalam buku ”Perjalanan Menembus Batas”, Teddy mengisahkan, di Kamboja, sering sekali, untuk waktu yang lama, mobil yang dikendarainya merupakan satu-satunya mobil yang melaju di jalan.
Keberanian juga ditunjukkan oleh astronot Amerika Serikat Neil Armstrong ketika ia untuk pertama kali menginjakkan kaki di permukaan bulan pada tanggal 21 Juli 1969. Ia melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan seorang manusia pun sebelumnya.
Bayangkan bagaimana jika setelah ia menginjakkan kakinya, ia kemudian melayang-layang di udara karena gravitasi bulan hanya seperenam gravitasi bumi. Persoalannya, di bumi tidak ada tempat untuk menguji jalan di permukaan yang gravitasinya hanya seperenam gravitasi bumi. Atau, bagaimana jika ia tersedot ke dalam tanah, bagaikan menginjakkan kaki di atas permukaan pasir hisap…
Untunglah kedua hal itu tidak terjadi. Dan, peristiwa itu dikenal dengan ungkapan, ”Satu langkah kecil bagi manusia, satu lompatan besar bagi umat manusia.” Kata-kata itu diucapkan Neil Armstrong ketika ia melangkahkan kaki pertama di bulan, yang disiarkan secara langsung melalui televisi dan radio ke seluruh dunia.
Saya masih ingat, saya turut bangga bahwa manusia, dalam hal ini Neil Armstrong, menapakkan kaki yang pertama di permukaan bulan. Pada hari Senin pagi itu, pukul 09.30 WIB, saya yang pada waktu itu duduk di SD Budi Mulia/SMP Van Lith di Jalan Gunung Sahari, bersama-sama dengan murid-murid lain, berkumpul di aula sekolah untuk mendengarkan siaran langsung radio RRI guna mengikuti peristiwa yang bersejarah itu.
Detik-detik menjelang pesawat pendarat menjejak kaki-kakinya di permukaan bulan, orang-orang di seluruh dunia, termasuk kru NASA yang terlibat di darat, mengikutinya peristiwa itu dengan rasa tegang. Tidak heran semua bersorak riang ketika pesawat pendarat itu mendarat dengan sukses di permukaan bulan.
Langkah Neil Armstrong itu diikuti oleh Buzz Aldrin. ”Melihat Neil baik-baik saja, sayapun lalu berjalan-jalan di permukaan bulan,” kata Buzz Aldrin. Dan, pada saat Neil Armstrong dan Buzz Aldrin berada di bulan, Michael Collins benar-benar sendirian di luar sana. Ia tercatat sebagai satu-satunya manusia yang berada di luar bumi dan di luar bulan.
Akan tetapi, persoalan belum selesai. Neil Armstrong dan Buzz Aldrin masih harus membawa pesawat pendarat di bulan (lunar landing module) lepas landas (take off) dari permukaan bulan dan bergabung kembali dengan pesawat komando (command module) yang mengelilingi orbit bulan yang dikemudikan oleh astronot ketiga, Michael Collins, dan bersama-sama kembali ke bumi. Bagaimana kalau Neil dan Buzz gagal take off?
Dalam suatu wawancara, jauh setelah peristiwa itu, Michael Collins mengemukakan, ”Salah satu ketakutan terbesar saya pada saat itu adalah mereka tidak dapat take off dari bulan, mengingat pesawat komando tidak dirancang untuk menjemput mereka di bulan. Jadi, jika mereka gagal take off, saya tidak punya pilihan kecuali meninggalkan mereka dan kembali ke bumi sendirian.” Ia menambahkan, ”Saya tidak akan bunuh diri.”
Di lehernya, dikalungkan 10 notebook besar yang berisi 18 kemungkinan yang berbeda, tetapi itu semua baru berlaku jika Neil Armstrong dan Buzz Aldrin berhasil take off dari bulan. Beruntung, mereka dapat take off dari bulan, dan ketiganya berhasil kembali ke bumi.
**
Keberanian lain ditunjukkan oleh tiga astronot Amerika Serikat, James A. Lovell Jr, John L. Swigert Jr (pilot) dan Fred W. Haise Jr, ketika mengetahui ada kerusakan pada tangki oksigen cair Apollo 13 pada jarak 330.000 km dari bumi pada tanggal 13 April 1970. Para astronot itu melaporkan kerusakan itu kepada NASA di Houston, Amerika Serikat, yang dikenal dengan ungkapan, ”Houston we have a problem…”
Bayangkan bagaimana perasaan ketiga astronot itu ketika mereka mengetahui terjadi kerusakan pada jarak 330.000 km dari bumi, yang membuat mereka mungkin tidak dapat kembali ke bumi… Jangankan di luar angkasa, mengalami kerusakan mobil di bumi, di tempat yang sepi dan jauh dari mana-mana saja sudah menakutkan. Apalagi ini, 330.000 km dari bumi.
Khusus mengenai ketakutan karena kerusakan mobil di bumi, di tempat yang sepi dan jauh dari mana-mana, mungkin tidak berlaku bagi Teddy dan Yana, kakek nenek yang mengelilingi lebih dari separuh dunia, atau juga bagi Stephen Langitan, yang mengendarai motor seorang diri dari Jakarta ke London sejauh hampir 30.000 km.
Dalam buku ”Perjalanan Menembus Batas”, Teddy mengisahkan, di Kamboja, sering sekali, untuk waktu yang lama, mobil yang dikendarainya merupakan satu-satunya mobil yang melaju di jalan. Ia nekat jalan malam, padahal kan ia bisa dirampok dan dibegal di jalan. Namun, karena harus sampai di China secepatnya, ia terpaksa melakukannya. Belum lagi, ketika ia menyusuri jalan di Rusia yang kota-kotanya letaknya berjauhan, dan hawanya lumayan dingin. Benar-benar hanya mereka berdua. Secara total, Teddy dan Yana dengan mobil yang dibawanya dari Jakarta menempuh perjalanan sejauh 54.332 km dan melintasi 28 negara di Asia dan Eropa.
Kembali ke Apollo 13: Ketenangan dan pengendalian diri dari ketiga astronot itu, serta bantuan dan tuntunan yang diberikan para teknisi di bumi, membuat ketiga astronot itu dapat sampai kembali ke bumi pada tanggal 17 April 1970. Para teknisi di darat membuat perangkat yang dapat mengubah karbondioksida (CO2) menjadi oksigen (O2) dari bahan-bahan yang terdapat di dalam Apollo 13, dan kemudian menuntun para astronot membuatnya. Dengan demikian, ketersediaan oksigen di Apollo 13 tetap terjaga. Pemanas di Apollo 13 dimatikan untuk menghemat bahan bakar sehingga para astronot kedinginan.
Selain itu, astronot Ken Mattingly—yang digantikan oleh John L. Swigert Jr karena diduga terserang rubella (campak Jerman) seminggu sebelum berangkat—memasuki simulator untuk menghitung lintasan agar bahan bakar Apollo 13 cukup untuk kembali ke bumi. Ken Mattingly yang ternyata tidak mengidap rubella, berhasil melakukan tugasnya dengan baik.
Untuk dapat sampai ke bumi, Apollo 13 harus melanjutkan perjalanan menuju bulan, mengelilingi orbitnya dan baru kembali ke bumi. Apollo 13 memang gagal mendarat di bulan, tetapi mereka berhasil kembali di bumi, The Successful Failure.
(Bersambung)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews