Karena musik benar-benar bahasa universal, mengubah sains menjadi musik dapat menarik spektrum individu yang lebih luas dan lebih beragam, belum lagi mendukung pembelajaran bagi tunanetra.
Bisakah musik memberi tahu kita sesuatu tentang gen kita?
Poin-Poin Penting
Louis Armstrong mengatakan bahwa "musik adalah kehidupan itu sendiri"—dan memang, musik secara alami beresonansi dengan spektrum penuh emosi manusia dari kegembiraan hingga kesedihan.
Sejarah umat manusia mengakar kuat dalam tradisi musik yang menandai peristiwa penting di semua budaya yang dikenal. Bahkan bayi yang baru lahir dapat merespons musik, dan seperti bahasa, otak kita tampak terhubung untuk mensintesis dan memproses musik. Kemampuan untuk mendengar nada, memahami, dan, jika dilatih, menyusun melodi universal bergantung pada sifat-sifat neuron yang berkembang di banyak area otak yang sama yang digunakan untuk bicara, suara, dan fungsi kompleks penting lainnya seperti navigasi dan abstraksi. Namun, secara intuitif, musik menyentuh kita dan memegang tempat konteks dan makna.
Sampai saat ini, musik sebagian besar tetap terpisah dari sains, meskipun faktanya musik digunakan sebagai alat komunikasi yang kuat oleh industri besar lainnya. Tetapi sebuah karya inovatif mulai mengubahnya melalui pengembangan metode untuk mengubah data ilmiah menjadi not musik. Di antaranya adalah suara menakutkan dari protein virus SARS-CoV2 yang diubah menjadi komposisi musik.
Urutan Biologis dan Catatan Musik Berbagi Analogi
Upaya berkelanjutan untuk mengubah sains menjadi suara yang dapat didengar melibatkan konversi informasi DNA atau protein yang diurutkan menjadi not musik. Karena semua sel hidup terbuat dari urutan DNA yang diwariskan, yang mengkode protein yang mendorong fungsi kehidupan, transformasi data ke musik bertujuan untuk menyediakan kerangka kerja baru untuk memahami bagaimana kompleksitas muncul dari pola yang diurutkan. Pekerjaan semacam ini juga dapat membantu memecahkan beberapa teka-teki genetik, seperti neurodegenerasi melalui Penyakit Huntington, yang tampaknya muncul karena perubahan spesifik dalam urutan pengkodean gen.
Sangat menarik untuk berpikir bahwa urutan genetik dan not musik memiliki analogi yang dapat dilacak. Misalnya, not biasanya disusun melalui pola yang berulang, dan seperti gen dan protein, pola ini dapat memunculkan struktur tingkat tinggi dan bentuk serta bentuk yang kompleks. Sebuah generasi baru dari algoritma dan alat sedang dikembangkan berdasarkan analogi ini dan menggunakan musik untuk mengeksplorasi bagaimana urutan kode yang diwariskan untuk struktur fungsional dalam molekul, dan untuk mengidentifikasi daerah dalam struktur untuk desain obat. Penelitian serupa menggunakan teori musik untuk menyelidiki bagaimana perubahan struktur protein amiloid dapat berkontribusi pada penyakit Alzheimer menggunakan model frekuensi alami untuk mempelajari pergerakan molekul.
Musik Dapat Memberi Sains Cara Baru untuk Memikirkan Data
Dalam waktu dekat, upaya kreatif ini dapat memberikan tujuan yang sangat jelas—seperti memahami hubungan antara urutan dan struktur di area yang penting bagi penyakit manusia. Selain itu, mengubah data sains menjadi musik dapat mendukung alat komputasi baru, termasuk kecerdasan buatan, yang dapat digunakan untuk memprediksi bagaimana urutan gen atau protein dapat beroperasi. Pendekatan ini dapat memberi para ilmuwan cara baru untuk berpikir tentang data mereka dan dengan demikian menginspirasi hipotesis baru.
Akhirnya, karena musik benar-benar bahasa universal, mengubah sains menjadi musik dapat menarik spektrum individu yang lebih luas dan lebih beragam, belum lagi mendukung pembelajaran bagi tunanetra. Akan sangat menarik untuk berpikir bahwa kita dapat menggunakan musik untuk memperluas pedagogi sains dengan cara yang mendukung kreativitas dan penjangkauan STEAM, menarik bagi pikiran artistik yang mungkin juga terinspirasi oleh tantangan sains.
***
Solo, Selasa, 17 Mei 2022. 3:33 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews