Selamanya ternyata tak pernah punya apa-apa yang sungguh-sungguh berharga. Dan bagian paling menyedihkannya tak sempat berbuat nyata apa-apa bagi kemanusiaannya...
Ini sejenis gambar yang sedang berdialog. Entah apakah sekedar bertanya jawab, check-recheck, atau rasan-rasan. Mungkin mulanya ingin tampak gagah dan menghardik: Ini kami loh. Jangan numpang hidup di sini!
Masalahnya dia mungkin lupa, kalau sebenarnya ia juga sekedar numpang. Numpang saja, sekedar bayar kost dengan tarif paling murah. Tapi yaitu tadi, mungkin ia baru sekedar dipinjami kunci pintu. Namun sudah merasa itu adalah rumah miliknya.
Kedua gambar (di bawah) ini, sebenarnya bukan sekedar "kecelakaan kecil", dimana pemberitahuan awalnya diharapkan sebagai kabar baik. Namun malah berujung pada tuntutan permintaan maaf. Bukan! Ia adalah gambaran besar negeri ini, di hari ini, di cuaca ini.
Negeri yang sesungguhnya hanya tampak di permukaan maju, kaya, dan modern. Tapi sesungguhnya makin tertinggal, miskin, dan terbelakang.Negeri yang sedang bermusuhan dengan dirnya sendiri. Merasa dirinya terzalimi terus menerus, sambil tak sadar menzalimi siapa saja di luar dirinya...
Sekali lagi ini bukan sebuah "insiden yang tak sengaja". Ia adalah realitas nyata dan bukan kabar bohong sosial media. Itu terjadi merata dimana-mana. Sebagian sangat besar tutup muka, yang lain tutup telinga. Akan terus dilakukan secara kucing2an, coba2, dan ditutupi-tutupi.
Saling berbalas, seolah saling meniadakan seindah birama berbalas pantun. Sampai kapan?
Sampai sadar bahwa sebenarnya mereka ini sama papa-nya.
Selamanya ternyata tak pernah punya apa-apa yang sungguh-sungguh berharga. Dan bagian paling menyedihkannya tak sempat berbuat nyata apa-apa bagi kemanusiaannya...
***
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews