Sang Peretas

Ketika pencipta super girl ini, Stieg Larsson wafat tahun 2014, sosok Lisbeth Salander tetap "hidup".

Selasa, 18 Juni 2019 | 06:58 WIB
0
545
Sang Peretas
Buku

Sudah lama dia jadi idola, sejak 2008, super girl dari Stockholm. Namanya Lisbeth Salander, blasteran Russia - Swedia.

Dia gadis remaja berambut amat pendek, dengan hidung dan alis ditindik ala punk. Kalau pakai tank-top kelihatan tato lebah di leher dan tato naga di punggungnya.

Juga tato di bagian tubuh lainnya. Mungkin ada yang mirip tato phoenix di betis Bu Menteri Susi!

Sepintas dia remaja punk yang a-sosial. Tapi anda keliru !

Dia seorang hacker jenius, mampu meretas semua sistem dan jaringan komputer secanggih apapun. Barangkali padanan Lisbeth adalah Julian Assange, pendiri WikiLeaks yang baru saja ditangkap polisi Inggris di Kedubes Equador di London (11 April 2019).

Lisbeth tahu semua rahasia transaksi dan lalu lintas keuangan internasional, yang legal maupun semi-legal, yang "terang" maupun "gelap".

Bahkan dia juga bisa meretas sistem komputer top-secret badan keamanan nasional negara adidaya di dunia. Bagi Lisbeth tak ada yang rahasia !

Maka coba berandai-andai apa yang akan terjadi bila idola saya ini --Lisbeth Salander-- ada di sini, dan beraksi pula ! Pasti akan terjadi geger nasional (bahkan geger internasional) !

Bayangkan kalau dia berkolaborasi dengan para hackers seperti di Amerika. Para hackers yang konon asal Russia itu mampu meretas sistem dan jaringan komputer di 21 negara bagian Amerika.  Dan jungkir balik-lah semua hasil survey: Trump mengalahkan Hillary Clinton !

Kalau orang marah karena hasil survey melenceng, mungkin dengan enteng Lisbeth bilang: "sapa suruh percaya survey ?" Dan Lisbet benar sebagian: bukankah tidak semua responden jujur menjawab kuesioner?

Kalau diajak debat, paling dia bilang bacalah buku Seth Stephen-Davidowitz, EVERYBODY LIES, yang meragukan keabsahan ilmiah dari survey ! (...padahal gadis punk macam Lisbeth pasti jauh dari buku serius seperti itu.....).

Tapi siapa tahu ! Bisa saja tiba-tiba mungkin dia mengutip (walau asal comot) filsuf 'falsifikasi' Karl L Popper: "...survey itu pseudo-science ......."!!

Dengan keahliannya, bayangkan bila Lisbeth membuka data nama-nama di 'Panama papers', atau data rekening rahasia di Swiss. Juga bila membuka data money laundry dan penggelapan pajak di tempat 'tax heaven' seperti Bahama atau di pulau Cayman.

Bayangkan pula kalau dia juga membuka informasi jaringan kepemilikan saham dan cara beroperasi perusahaan milik elite di lingkaran oligarki kekuasaan.

Atau membuka informasi para pemilik sertifikat HGU ratusan ribu hektar di perkebunan sawit, HPH, juga tambang,....dst...

Forest Watch Indonesia (FWI) akan sangat terbantu, sehingga tidak perlu bersengketa informasi publik dengan Kementerian ATR/BPN.

Juga data siapa dan kelompok apa di balik korporasi yang akan memenangkan tender-tender proyek trilyunan rupiah. 

Dia mungkin bisa melacak, bagaimana sebuah proyek trilyunan rupiah dirancang dan diciptakan, bahkan sebelum APBN dibahas dan ditetapkan (masih ingat "Hambalang" dan "E-KTP" ?!).

Seandainya dia ada di sini......

Sayangnya Lisbeth Salander hanyalah sosok imajiner!

Memang dia hanya ada dalam fiksi ciptaan penulis Swedia, Stieg Larsson, dalam novel pop 'millenium trilogy'-nya, yang pertama kali terbit 2008. 

Trilogi milenium itu yaitu: 1) THE GIRL with the DRAGON TATTOE; 2) THE GIRL WHO PLAYED WITH FIRE; dan 3) THE GIRL WHO KICKED THE HORNET'S NEST.

Ketika pencipta super girl ini, Stieg Larsson wafat tahun 2014, sosok Lisbeth Salander tetap "hidup".

Dia muncul kembali tahun 2015 dalam novel baru karya David Lagercrantz, THE GIRL in the SPIDER'S WEB. Walaupun beda penulis, novel baru yang langsung laris itu adalah lanjutan kisah 'millenium trilogy' sebelumnya, dengan tokoh utama tetap si gadis punk.

Dalam novel terbaru ini, sosok Lisbeth sudah lebih dewasa, matang segala-galanya, semakin cerdas dan tambah berbahaya

Tapi dia juga tetap bertindik, dan juga tetap bertato, macam Bu Susi....!!

***