Larangan mudik jelang lebaran tahun 2021 mungkin agak membuat shock karena sama dengan tahun lalu. Masyarakat diminta untuk lebih bersabar karena tidak pulang kampung, karena mobilitas massal bisa meningkatkan penularan corona. Jangan nekat mudik, karena justru dengan menahan diri, Anda menyayangi keluarga di kampung, karena memutus mata rantai penyebaran corona.
Keputusan pemerintah untuk melarang mudik hingga tanggal 16 mei 2021 membuat geger masyarakat, karena mereka mengira tahun ini akan lebih longgar. Pasalnya, tahun lalu sudah ada larangan keras mudik. Ketika lagi-lagi masyarakat dilarang untuk pulang kampung, banyak yang akhirnya gigit jari.
Larangan mudik harap dilihat sebagai sesuatu yang positif, karena tidak berlebaran di kampung justru untuk melindungi keluarga di sana. Ketika nekat pulang kampung dan ternyata Anda seorang OTG, maka akan langsung menular ke orang tua. Mereka yang telah renta lebih mudah untuk tertular corona dan resiko tertingginya adalah sakit parah yang berujung kematian.
Raden Pardede, Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, menyatakan bahwa larangan mudik lebaran tahun 2021 bertujuan melindungi kesehatan masyarakat. Jangan sampai pasca pulang kampung ada serangan gelombang corona baru.
Pemerintah melarang untuk mudik karena berkaca dari beberapa liburan sebelumnya. Saat ada long weekend, maka jumlah pasien corona melonjak drastis, hingga 2 kali lipat.
Penyebabnya karena mobilitas masyarakat membuat penyebaran virus covid-19 makin melebar, apalagi ketika bermukim atau mengunjungi wilayah dengan zona merah.
Raden Pardede melanjutkan, mudik diperbolehkan ketika keadaan sudah mulai aman.
Walau belum mengatakan kapan, karena belum ada penurunan jumlah pasien corona secara drastis, tetapi hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pemerintah ingin agar rakyatnya bahagia dengan berlebaran seperti biasa. Namun karena masih pandemi, maka mereka belum diperbolehkan untuk mudik.
Pandemi sudah berlangsung selama 14 bulan dan masyarakat mulai jenuh dengan corona. Meski bosan, tetapi tidak boleh melewatkan fakta bahwa jumlah pasien covid masih tinggi, yakni lebih dari 4.000 orang per harinya. Jika semua orang diperbolehkan mudik, maka dikhawatirkan jumlah pasien akan meroket dan terjadi kasus corona massal.
Kita harus berkaca dari kasus di India saat ada kerumunan dan masyarakatnya tidak mematuhi protokol kesehatan.
Akibatnya ada ratusan orang yang meninggal setiap harinya. Dikhawatirkan, ketika mudik tidak dilarang, akan terjadi hal yang serupa. Kita tentu masih sayang nyawa, bukan?
Apalagi tujuan mudik adalah rumah orang tua di kampung. Jika memang Anda bukan OTG, tetapi bisa beresiko kena corona di perjalanan, entah di rest area atau tempat lain. Ketika mudik, maka anda membawa oleh-oleh tak hanya makanan dan pakaian, tetapi juga virus covid-19.
Selain orang tua yang bisa terkena corona, maka tetangga dan saudara sekampung juga bisa terjangkit penyakit berbahaya ini. Maukah Anda dicap sebagai penyebar virus dan membuat banyak orang merana karena menderita dan harus dirawat selama minimal 2 minggu di Rumah Sakit? Jawabannya tidak, bukan?
Tahanlah keinginan untuk mudik dan berlebaran di rumah saja. Saat ini sudah ada teknologi, bisa dengan telepon, video call, atau meeting online via Zoom. Orang tua Anda bisa memanfaatkannya juga dan melepas rindu walau hanya di dunia maya.
Larangan mudik bukanlah sebuah arogansi pemerintah, melainkan justru bentuk perhtian terhadap rakyatnya. Jangan sampai banyak orang yang pulang kampung lalu menyebarkan corona. Saat banyak yang sakit, maka efek negatifnya adalah pandemi akan terus berlanjut dan kita akan makin menderita di masa depan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews