Mas Lurah dengan Ijazah Cap Sepatu

Desa kini menjadi sumber kekuatan baru dunia, dan kekuatan dunia baru. BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) di wilayahnya.

Selasa, 2 Maret 2021 | 11:59 WIB
0
319
Mas Lurah dengan Ijazah Cap Sepatu
Wahyudi Anggoro (Foto: Média Indonesia)

“Karena Covid itu membuktikan, bahwa puncak dari relasi sosial kita itu adalah kekeluargaan, menjadi slah satu aspek dari gotong-royong,… Kita tahu hari ini, sekolah tidak penting, masjid tidak penting, gereja tidak penting. Semuanya dipaksa kembali ke rumah, dipaksa kembali ke keluarga. Itu menunjukkan bahwa puncak dari relasi sosial kita adalah kekeluargaan. Puncak dari relasi politik adalah musyawarah.

Puncak dari relasi ekonomi kita adalah kerjasama, karena saya terbatas Anda terbatas, maka kita harus bersama-sama mengatasi keterbatasan itu. Solidaritas, kolaborasi, economy sharing (ekonomi berbagi) menjadi value baru dalam ekonomi kita hari ini,” demikian jawaban Wahyudi Anggoro Hadi (42), lurah atau kepala desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, D.I. Yogyakarta dalam interview saya. 

Ini obrolan dengan seorang lurah, atau kepala desa, yang antik. Sejak muda, ia mempertanyakan kapan sih negara mengurusi dirinya, warga negaranya? Selama ini Cuma mengatur, tapi tak mengurusi. Bahkan ketika merasa tak mampu menyelesaikan kuliahnya di Farmasi UGM, ia berniat mendirikan Kadogama (Keluarga Alumni Drop Out Gadjah Mada).

Sayangnya, ia lulus, sebagai sarjana farmasi apoteker, meski dengan IP paling rendah, rekor yang tak terpecahkan dari sejak UGM berdiri hingga sekarang. 

Celakanya, almamaternya justeru dua kali memberi penghargaan, 2016 dan 2019, karena karya nyatanya di masyarakat. Simak obrolan dengan kepala desa yang masih muda, dan progresif ini, bagaimana ia ‘merebut kekuasaan’ sebagai eksperimentasi proses transformasi sosial.

Meski punya kendaraan bermesin, ia sendiri tidak mau mengurus SIM (Surat Ijin Mengemudi). Ia katakan pandemi ini telah mendekonstruksi semua teori-teori dunia, sebuah revolusi tanpa teriakan revolusioner. Lebih keren dan lebih juara, apalagi dibanding pernyinyiran para SJW (social joker warrior).

Senyampang itu, desa kini menjadi sumber kekuatan baru dunia, dan kekuatan dunia baru. BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) di wilayahnya, sudah memberi laba milyaran rupiah pertahunnya. Dalam masa pandemi, target Rp10milyar tak bisa dicapainya.

Bukan ambisius, tapi target yang wajar karena tahun ke-2 berhasil mencapai lompatan laba di atas Rp6milyar. Tapi setidaknya masih bisa meraup Rp4,6milyar. Sila klik tautan di bawah ini. 

@sunardianwirodono