Kultum Tarawih [28]: Berbeda Bukan Masalah

Berbeda seharusnya tidak menjadi masalah besar. Menerima perbedaan sebagai bagian dari keragaman bangsa untuk memperkuat persatuan, adalah bentuk kita mensyukuri keagungan Allah.

Senin, 25 Mei 2020 | 11:50 WIB
0
226
Kultum Tarawih [28]: Berbeda Bukan Masalah
Balapan Nascar (Foto: soprtingnews.com)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih mengizinkan kita untuk menjalani bulan Ramadan hingga kita bisa sampai pada malam ke-28. Semoga semangat ibadah dan takwa kita tetap terjaga dan terus bertambah, dan semoga Allah berikan kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan ini, juga agar kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya.

Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.

Seorang pembalap NASCAR di Amerika Serikat, secara tidak sengaja menggunakan kata-kata rasis saat bermain game online. Buntutnya, segera setelah sesi online itu selesai, sponsor-sponsornya langsung memutus kontrak dengannya. Penyelenggara NASCAR mencabut lisensi balapnya hingga dia menyelesaikan program latihan kepekaan sosial.

Tim balapnya menskorsingnya tanpa gaji, dan kemudian memecatnya saat balapan NASCAR kembali diselenggarakan. Kata-kata itu keluar secara tidak sengaja, namun sangat tidak bisa dibenarkan karena menunjukkan rasisme.

Hal yang lebih parah sering kita temui di Indonesia, negara yang seharusnya mengamalkan slogan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda namun satu jua). Berapa banyak yang menggunakan sentimen terhadap ras tertentu di negara kita, terutama sejak tahun 2014 yang menjadi awal polarisasi masyarakat kita.

Banyak tindakan-tindakan diskriminatif yang diterima saudara-saudara kita, yang didasarkan pada perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), yang tidak terselesaikan hingga sekarang.

Padahal terang saja Allah memfirmankan dalam Al Hujurat ayat 13, bahwa perbedaan-perbedaan itu diciptakan pada manusia agar mereka saling mengenal satu sama lain. Konsekuensi dari saling mengenal itu seharusnya adalah terciptanya penerimaan atas keragaman, dan persatuan.

Cukup memalukan jika kita kaitkan ayat di atas dengan fakta bahwa tindakan-tindakan diskriminatif yang ada di negara kita ini, kebanyakan mengatasnamakan umat Islam dan bangsa pribumi Indonesia. Padahal penggunaan kata pribumi seharusnya telah dihapuskan sejak lama, karena melanggengkan rasisme.

Berbeda seharusnya tidak menjadi masalah besar. Menerima perbedaan sebagai bagian dari keragaman bangsa untuk memperkuat persatuan, adalah bentuk kita mensyukuri keagungan Allah. Mahabesar Allah yang telah berkuasa menciptakan keragaman manusia, meski jika Dia mau dijadikannya kita semua sama.

Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

***