Mencetak Anak Hebat

Ada tiga resep yang bisa digunakan guru sebagai koki untuk mencetak anak hebat meskipun kemampuannya pas-pasan.

Rabu, 25 Maret 2020 | 06:50 WIB
0
230
Mencetak Anak Hebat
Ilustrasi anak belajar (Foto: sekolahdasar.net)

Sering banget anak dijadikan korban alias sasaran kemarahan. Seakan anak itu sumber petaka yang tidak punya kebaikan sedikit pun. Namun, benarkah itu?

Anak-anak itu konsumen alias pemakai. Jadi, anak-anak itu akan berbicara sesuai dengan apa yang diterimanya. Produknya baik akan dibilang baik. Produknya buruk, mosok anak disuruh bilang baik. Berdusta dong....

Ibarat koki yang akan menyajikan menu pesanan pembeli. Koki pasti akan memasak aneka bumbu dengan segala kehati-hatian. Koki akan berusaha sekuat tenaga menghindari kesalahan karena pasti kokilah yang akan dicela pembeli jika masakannya tidak enak, bukan bahannya.

Ingat, di tangan koki yang terampil, singkong bisa diubah menjadi menu mahal setara sajian hotel bintang lima. Sebaliknya, singkong hanya akan menjadi gaplek karena koki malas berkreasi. Dan guru adalah koki itu.

Ada tiga resep yang bisa digunakan guru sebagai koki untuk mencetak anak hebat meskipun kemampuannya pas-pasan.

Pertama, bukalah pintu lebar-lebar untuk pertanyaan anak. Anak bertanya itu memang tidak tahu dan ingin tahu sehingga jangan pernah dimarahi karena bertanya kepada gurunya. Justru berikanlah bonus, entah nilai atau hadiah, ketika ada anak yang berani bertanya.

Kedua, jangan pernah bilang anak-anak itu bodoh atau goblok. Kalau anak-anak sudah pintar, mengapa juga mereka datang ke sekolah? Anak-anak memang mencari ilmu karena didasari rasa ingin tahu. Jadi, jangan hina mereka. Justru sebaliknya, yakni berikanlah pujian atas sekecil apapun prestasi yang bisa dibuatnya.

Ketiga, laporkan setiap perkembangan anak kepada orang tuanya. Waktu dan tugas guru di sekolah terbatas. Paling hanya 5-7 jam per hari. Tugas guru pun tak hanya mengajar satu-dua anak, tetapi ratusan anak yang lain pun perlu dilayani. Maka, bangunlah komunikasi dengan orang tuanya agar ilmu yang diberikan guru di sekolah dikembangkan di rumah atas bimbingan orang tuanya.

Pagi ini, saya memberikan motivasi kepada anak-anakku di SMPN 2 Kalijambe Sragen. Anak-anak kelas 9 sedang menyambut Ujian Nasional. Sebuah perhelatan yang harus mereka lalui supaya bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Rasa bangga menjadi keharuan saat anak-anak menunjukkan tekadnya agar meraih prestasi yang lebih baik.

Doa kami, Bapak dan Ibu guru, selalu menyertai kalian.....