Dalam pembuatan bilik sterilisasi, ia menggandeng Institut Teknologi Telkom Surabaya. Sementara cairan desinfektannya diproduksi oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini tampaknya menjadi salah satu pemimpin daerah yang paling siaga menghadapi pandemi virus corona. Salah satu pembuktiannya adalah timbunan masker yang dipersiapkannya sejak wabah virus corona masih terpusat di Wuhan, Tiongkok.
Dimana masker tersebut dipersiapkan ketika virus corona masuk ke Indonesia. Langkah mantap Risma tak berhenti sampai situ, dia juga turut andil dalam sejumlah aktivitas terkait pencegahan Covid-19.
Misalnya dalam penyemprotan desinfektan ke berbagai fasilitas umum di wilayahnya. Kader PDI-P ini juga keliling demi mensosialisasikan pentingnya social distancing kepada warganya.
Dirinya pun tak lupa mengingatkan masyarakat Surabaya untuk gemar mencuci tangan. Memang anjuran ini terkesan sepele, namun kegiatan itu amatlah penting dalam mencegah penyebaran virus corona.
Selaras dengan anjuran tersebut, Risma turut membangun ratusan wastafel portabel di sejumlah titik di Surabaya. Sehingga masyarakat bisa menjalankan anjuran tersebut tanpa kesulitan.
Inovasi lain adalah bilik sterilisasi atau sterillization chamber untuk melawan virus corona. Diakui Risma bahwa metode bilik ini ditiru dari Vietnam yang telah lebih dulu menerapkannya.
Dalam pembuatan bilik sterilisasi, ia menggandeng Institut Teknologi Telkom Surabaya. Sementara cairan desinfektannya diproduksi oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Dua bilik sterilisasi sudah dioperasikan di pintu masuk Surabaya. Yakni di Bandara Juanda, baik di terminal kedatangan domestik maupun internasional.
Tahap selanjutnya bilik akan diperbanyak dan ditaruh diberbagai tempat di Kota Surabaya. Melihat langkah Risma yang tenang dan bertahap, rasanya kontras bila dibandingkan dengan Anies Baswedan sebagai pemimpin DKI Jakarta.
Apalagi mengingat jumlah pasien corona terbanyak datang dari Jakarta. Alih-alih ikut membagikan masker seperti Risma, Pemprov DKI melalui BUMD Pasar Jaya malah memborong lebih dari 1.400 boks masker dan menjualnya kembali.
Semula satu boks masker isi 50 dijual dengan harga Rp 300 ribu, lalu diturunkan menjadi Rp 125 ribu. Diakui Anies, langkah itu adalah upaya untuk menstabilkan harga masker yang sedang meroket dipasaran.
Bahkan Anies pun menyempatkan diri untuk meninjau program penjualan masker tersebut. Kemudian Anies pula sempat memberikan efek kejut kepada warga Jakarta.
Yakni dengan pengurangan armada transportasi umum, seperti commuter line, Transjakarta, dan MRT. Kondisi itu malah membuat adanya penumpukkan penumpang di sejumlah titik halte.
Yang artinya celah penyebaran virus corona semakin terbuka lebar. Memang tak menyebut daerahnya, namun Presiden Republik Indonesia Joko Widodo jelas menyentilnya dengan mengungkapkan pernyataan agar tak ada Pemda yang membatasi moda transportasi umum.
Sehingga jumlah transportasi umum yang beroperasi dikembalikan seperti sedia kala. Tak berhenti disitu, Anies pun sempat mengupayakan agar Jakarta di-lockdown atau karantina kewilayahan.
Nyatanya hal itu tak diindahkan oleh pemerintah pusat. Lewat Mendagri Tito Karnavian disampaikan bahwa me-lockdown ibu kota adalah kewenangan pemerintah pusat.
Pertimbangan itu demi menjaga aspek ekonomi dan aspek sosial ekonomi. Ditengah-tengah kondisi warga yang harus karantina di rumah dan melakukan social distancing, Anies malah membuat operasi pasar.
Ada 22 mobil operasi pasar yang disediakan, alasannya demi membuat harga sembako stabil dan keluarga pun senang. Kendatinya keadaan itu lagi-lagi membuat antrean warga mengular dan berhimpit-himpitan.
Jelas ini berbentrokan dengan anjurannya ataupun pemerintah pusat yang meminta untuk mengurangi kegiatan pemicu keramaian warga. Ketidakseiringan Anies dan pemerintah pusat juga tampak dari perbedaan data jumlah penderita Covid-19 di Jakarta.
Dimana Pemprov DKI mengklaim ada 224 orang positif terinfeksi virus corona. Sementara angka dari pihak pemerintah pusat berjumlah 215 orang.
Melihat keadaan itu, seharusnya Anies bisa belajar dan mencontoh apa yang dilakukan Risma. Menjadi pemimpin yang bisa menenangkan warga, tetapi tetap bersiap diri dan peduli terhadap warga. Termasuk mampu sejalan dengan amanat dari pemerintah pusat.
Oleh : Sony Kusumo
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews