Jangankan untuk pelatihan reporter, gaji reporter pun ditekan habis. Gaji reporter baru (termasuk reporter TV) dalam 2 tahun pertama kerja, tidak lebih dari UMR.
Terkait banyaknya media, khususnya online, yang menulis berita dengan salah atau tidak pantas. Secara umum, ada penurunan kualitas, etika, akurasi, dan kepatutan pada berita yang ditampilkan media massa. Beberapa teman bertanya, “Apa sebabnya?” Tepatnya saya gak tahu.
Tapi gini, pada zaman Orba media dalam pengawasan ketat Pemerintah, risiko akibat pelanggaran atas peraturan kemediamassaan bisa berarti bredel. Secara teknis, waktu itu pekerjaan jurnalistik lebih sulit dibanding sekarang, sarana telekomunikasi tidak seperti sekarang.
Karena itu manajemen media menganggap penting untuk mendapatkan SDM yang bagus melalui rekrutmen yang prosesnya tidak sederhana. Itu penting untuk meminimalisir kemungkinan salah tulis dsb.
Di sisi lain, waktu itu ‘kue iklan’ untuk media massa masih cukup besar. Perusahaan media punya budget untuk mengadakan pelatihan bagi reporter, sebelum diterjunkan ke lapangan. Karena pendapatan iklan media relatif masih besar, gaji reporter baru di zaman Orba jauh di atas UMR.
Tambahan, di zaman Orba, seseorang bisa jadi wartawan harus melalui screening di Deppen, harus bersih lingkungan, minimal harus sudah mengikuti penataran P4 100 jam. Sangat ketat. Dulu, untuk menjadi seorang jurnalis tidak semudah sekarang.
Pasca reformasi, semua restriksi dan peraturan yang 'memberatkan' media massa dihapus. Pengawasan atas media nyaris tak ada, tidak ada lagi yang ditakutkan. Setiap orang bebas mendirikan media, bahkan dengan kemajuan IT setiap orang bisa jadi lembaga media. Jumlah media tumbuh gila-gilaan.
Satu lagi, media internasional (termasuk media sosial) masuk ke Indonesia dan mengambil porsi sangat besar dari kue iklan nasional. Pendapatan media turun drastis. Jangankan untuk pelatihan reporter, gaji reporter pun ditekan habis. Gaji reporter baru (termasuk reporter TV) dalam 2 tahun pertama kerja, tidak lebih dari UMR. Dengan tawaran begitu, tidak mungkin media mendapatkan SDM grade A atau B. Itu pasti.
Dari gambaran ini sudah bisa ditarik hipotesis, reporter yang dihasilkan dari proses rekrutmen alakadarnya, pada tingkatan mana kapasitas, kompetensi dan integritas yang dihasilkannya. SDM yang bagus tak akan mungkin memilih jadi jurnalis, kecuali gila atau khilaf. Pasti mereka memilih kerja di perusahaan asing, di bidang migas, keuangan, IT, atau jadi pebisnis. Jadi, kenapa akhir-akhir ini integritas banyak jurnalis merosot? Kurang lebih itu jawabannya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews