Artikel saya tentang "teror" di Nduga juga tayang di media arus utama kolom opini koran Sindo. Teror adalah salah satu sarana operasi intelijen penggalangan, menciptakan rasa takut, dan tujuan akhirnya mencapai apa yang mereka kehendaki. Ini sudah mereka lakukan, menyerang dan membantai warga sipil yang justru membangun infrastruktur untuk Papua di Nduga dan menyerang Pos TNI di Mbua.
Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom yang diwawancarai oleh Jawa Pos (6 Des 2018), menyatakan yang mereka tembak 24 orang itu sebagai intel TNI.
Tentang pembunuhan itu dikatakannya: "Jika mengetahui ada warga sipil, tentu kami tidak akan melukai. Bila benar ada warga sipil menjadi korban, tentunya itu tanggung jawab TNI. Seharusnya serahkan semuanya ke sipil. Selama ada TNI, kami serang."
Juga dikatakan, "Serangan kami berlanjut hingga revolusi total. Saat ini masih revolusi tahapan, serangan kecil ke titik-titik tertentu. Saat sampai revolusi tetap, semua warga non-Papua akan kami usir dari negeri ini."
Nah itulah ancaman mereka, targetnya TNI, tapi yang mereka bantai warga sipil. Gerakan mereka adalah bagian dari politik pemberontakan dengan aksi teror untuk menciptakan rasa takut kepada warga pendatang.
Dari sisi Intelstrat, menilai kasus dalam dunia politik, nafas gerakannya adalah "the art of possible". Kepentingan itu muara dari segala gerakan, bila sama, semua bisa diatur, bila berbeda saling bermusuhan. Ini yang perlu kita baca di Papua.
Sementara dalam dunia terorisme, nafasnya adalah "the art of impossible". Sebelum 911, tak seorangpun pernah berpikir ada orang nekat menerbangkan dan menubrukan pesawat ke WTC hingga runtuh. Semua pihak awalnya berpikir "impossible", tapi nyatanya "possible".
Nah, untuk menangkal aksi-aksi impossible OPM lainnya, disarankan, kodal pengamanan Papua sebaiknya penuh di tangan TNI untuk dilaksanakannya counter insurgency (intelijen, diplomasi dan tempur).
OPM sangat mungkin melakukan serangan dalam bentuk aksi teror lanjutan dengan target utama TNI, tetapi warga sipil juga memungkinkan mereka bunuh. Perlu diketahui, yang sulit dan berbahaya, inisiatif serangan teror di tangan dan medan tempur mereka.
***
Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews