Yang perlu jadi titik perhatian adalah rencana Sambo utamanya pada scene penghilangan barang bukti itu yang harus dititikberatkan karena di sinilah letak ‘kejahatan Sambo’ sesungguhnya.
Tadi pagi, 18 Oktober 2022 ada peristiwa menarik perhatian publik. Yaitu pembacaan statemen Bharada Richard Eliezer atas pengakuan rasa bersalahnya dan tidak kuasanya dia terhadap perintah Jenderal Sambo.
Namun yang jadi titik perhatian di sini adalah ketulusan Bharada E, bahwa dia melakukan itu tidak dalam perencanaan, tapi dilakukan spontan karena kuasa psikologi dari Jenderal Sambo.
Penyidikan ada tidaknya rencana, dan apakah Bharada E terlibat dalam perencanaan juga apakah Bharada E dijanjikan sesuatu oleh Jenderal Sambo perlu pendalaman yang lebih jauh.
Tapi kalau dalam pandangan publik yang perlu diperhatikan adalah “Rasa Takut Bharada E Terhadap Perintah Sambo”.
Rasa takut inilah yang perlu didalami ahli psikologi. Karena bila itu terbukti adanya rasa takut yang berlebihan dan adanya sikap patuh pada perintah atasan tanpa reserve seperti yang diajarkan institusinya dalam menjalankan perintah atasan maka Bharada E adalah “alat” dan dia dikategorikan tidak punya pikiran yang berkuasa atas tindakannya, dia bergerak di luar batasan dirinya.
Ini artinya saat scene menembak Brigadir Joshua, Bharada E bukan menjadi dirinya tapi ia mengubah dirinya menjadi pribadi yang lain. Pengubahan pribadi ini bisa membebaskan hukuman dari Bharada E dan memperberat hukuman Sambo.
Yang perlu jadi titik perhatian adalah rencana Sambo utamanya pada scene penghilangan barang bukti itu yang harus dititikberatkan karena di sinilah letak ‘kejahatan Sambo’ sesungguhnya.
Sementara jasa Bharada E terhadap terbongkarnya kasus ini harus jadi kejadian yang meringankan bahkan bisa membebaskan dia, karena berkat pengakuan Bharada E ke pengacara sebelumnya Deolipa, membuat kasus ini terbongkar yang bisa membawa Polisi langsung menangkap Sambo.
Dan ini memicu terbongkarnya kejahatan Duren Tiga di bawah arahan Sambo.
Anton DH Nugrahanto
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews