Selain Jenderal Jusuf, dua pelaku sejarah Supersemar lainnya, yakni Jenderal Amir Machmud dan Jenderal Basuki Rachmat juga menerima penghargaan itu.
Salah satu nama yang menjadi legenda dalam perjalanan sejarah TNI adalah Jenderal M Jusuf, bangsawan Bone yang lama malang melintang di kepemimpinan nasional. Ia begitu populer semasa menjadi Panglima ABRI di tahun 1978-1983. Populer di antara para prajurit dan keluarganya, populer di mata rakyat Indonesia.
Di masanya sebagai panglima, tentara dan polisi berpangkat rendah sampai tinggi sejahtera di semua lini. Ia rajin mengunjungi prajurit, bertanya sampai ke urusan sekolah anak dan usia kandungan istri.
Secara besar-besaran ia menghabiskan belanja militer untuk rumah dan barak, membagi susu sampai pakaian dalam yang berlimpah-limpah, sampai-sampai ada yang menjualnya ke pasar umum secara diam-diam. Bahkan di masa itu, ada rokok bikinan Gudang Garam yang mereknya ABRI, khusus untuk tentara dan polisi.
Atasannya, sang patriark, Soeharto nyaris kalah populer. Itu pula -- konon -- yang membuat sang panglima terjungkal dari posisinya: karena telah menjadi matahari yang sama terangnya dengan sang presiden.
Turun dari jabatan Panglima ABRI, Jenderal Jusuf “hanya” ditempatkan sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan.
Setelah itu, Jenderal Jusuf pensiun sepenuhnya. Mungkin ia kecewa kepada Soeharto, tapi ia tak menunjukkan perlawanan. Ia tetap setia dengan prinsip leluhurnya: “Sekali engkau mengecap rasa asin garam dari nampan orang lain, seumur hidup engkau menutupi aibnya”. Ia pensiun dengan sentosa, menikmati ketenangan dan kedamaian hidup.
Alkisah, menjelang bulan Agustus tahun 1995, Jenderal Jusuf tengah menjalani pemulihan kesehatan pasca operasi di sebuah rumah sakit di Perth, Australia, ketika undangan datang dari sekretariat negara: sang mantan panglima dianugerahi Bintang Republik Indonesia Adipradana.
Penghargaan ini dari negara, dan sang jenderal patuh. Masih dalam masa pemuilihan kesehatan itu, Jenderal Jusuf terbang ke Jakarta dan menerima anugerah itu yang langsung disematkan oleh Presiden Suharto pada tanggal 7 Agustus 1995.
Selain Jenderal Jusuf, dua pelaku sejarah Supersemar lainnya, yakni Jenderal Amir Machmud dan Jenderal Basuki Rachmat juga menerima penghargaan itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews