Aksi Keji KST Hambat Pembangunan dan Kesejahteraan di Papua

Tak hanya aparat keamanan tetapi juga tokoh masyarakat dan warga sipil. Tujuannya agar KST dan OPM lekas bubar dan tak lagi mengganggu kelancaran pembangunan di Papua.

Rabu, 2 Februari 2022 | 03:40 WIB
0
205
Aksi Keji KST Hambat Pembangunan dan Kesejahteraan di Papua
Aksi Keji KST Menghambat Pembangunan dan Kesejahteraan di Papua


Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua  berulah lagi dengan melakukan penyerangan sampai 2 kali ke aparat dan membawa korban jiwa. Serangan-serangan mereka juga menghambat pembangunan dan kemajuan Papua.


Selama ini Papua dikenal dengan wisatanya yang eksotis seperti Raja Ampat. Akan tetapi faktor keamanan juga menjadi pertimbangan apakah turis mau mengunjungi Bumi Cenderawasih apa tidak. Pemerintah berusaha keras mengamankan Papua dan mengenyahkan KST serta OPM, agar tidak mengganggu keamanan.

Keberadaan KST amat mengganggu, tak hanya bagi wisatawan asing tetapi juga bagi masyarakat sipil Papua. Gangguan KST membuat pembangunan terhambat karena jika tak ada turis maka tak ada uang untuk pemerintah daerah dan akhirnya dana untuk pembangunan jadi terlalu minim.

KST juga dikecam karena selalu melakukan tindak kekerasan. Mereka melakukan penyerangan dan pada tanggal 26 januari 2022 malah nekat menyerang aparat sampai 2 kali dan mengakibatkan 3 korban jiwa.

Kapendam XVII Cendrawasih Kolonel Inf Aqsha Erlangga menyatakan bahwa serangan KST dilakukan ke Pos Koramil Gome, Satgas Kodim Yonif Raider 408. Serangan dilakukan 2 kali dan korban jiwanya adalah Serda Rizal, Pratu Tuppal Baraza, dan Pratu Rahman. Sementara Pratu Rahman luka-luka.

Kekejian KST benar-benar membuat masyarakat geram karena nekat menyerang pos Koramil sampai 2 kali. Jika yang diserang adalah pos aparat keamanan, berarti menantang dengan sengaja. KST bersikap sombong dan langsung melarikan diri pasca penyerangan.

Ketika ada kekejian KST maka perlu ada penyisiran lagi sehingga mereka tidak bisa seenaknya. Prajurit TNI berani diserang, apalagi rakyat sipil. Betapa kasihannya warga jika KST masih bercokol di Bumi Cenderawasih.

Keberadaan KST juga menghambat kemajuan di Bumi Cenderawasih. Buktinya adalah ketika jalan Trans Papua masih dalam masa pembangunan, para anggota KST malah mengganggu pekerja dengan sengaja. Gangguan ini tentu merepotkan dan mengancam nyawa para pekerja, oleh karena itu aparat juga diterjunkan ke sana untuk mengamankan.

Alangkah gilanya KST ketika menghambat pembangunan jalan trans Papua. Padahal jalan ini demi kelancaran mobilitas rakyat di Bumi Cenderawasih, sehingga mereka bisa menggunakan jalan darat tanpa tergantung oleh transportasi udara yang sangat mahal. KST tidak pernah berpikir sepanjang itu, mereka hanya tahu cara menembak dengan membabi-buta.

Bukan kali ini saja ada serangan KST karena mereka juga pernah menembak ke aparat keamanan, padahal aparat sedang mendistribusikan bantuan sembako. Ini adalah bukti lain bahwa KST mengganggu kemajuan di Papua karena tidak ingin rakyat mendapatkan bantuan dari pemerintah.

KST tidak bisa berpikir panjang, mengapa aparat yang mengirim bantuan malah ditembaki? Padahal yang akan menerima bantuan adalah orang asli Papua yang notabene saudara mereka sendiri. Bagaimana bisa mereka memimpin jika hanya bisa emosi tanpa mengedepankan kecerdasan?

Aparat keamanan juga selalu menjadi sasaran KST karena merepresentasikan pemerintah. Padahal tentara dan polisi adalah sahabat rakyat dan tugas mereka adalah mengamankan warga sipil sekaligus mendukung pembangunan di Bumi Cenderawasih.

 Otomatis ketika KST menyerang aparat maka sama saja menghambat pembangunan karena kinerja jadi tidak maksimal saat melakukan proteksi pada sebuah proyek. Padahal pembangunan itu demi kemajuan Papua, tetapi seolah-olah KST tidak mau dimajukan. Stagnasi amat berbahaya karena bisa membuat Papua tertinggal dari provinsi lain.

Oleh karena itu semua pihak kompak dalam melawan KST. Tak hanya aparat keamanan tetapi juga tokoh masyarakat dan warga sipil. Tujuannya agar KST dan OPM lekas bubar dan tak lagi mengganggu kelancaran pembangunan di Papua.

***